Gerakan Wanita di Dunia/Bab 7

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
7. DAHULU TERKEBELAKANG, SEKARANG TERKEMUKA

„Masjarakat tak dapat berdiri dan tak akan dapat bekerdja betul-betul, kalau anggotanja separo merdeka dan jang separo lagi mendjadi budak. Hanja apabila kesadaran kaum wanita untuk merdeka ada, dan mereka ditentukan mendjadi teman dalam kehidupan, maka dunia akan dapat dilindungi dari mala-petaka jang akan menimpanja." Demikianlah ditulis oleh seorang utusan wanita India, Lakshmi N. Menon, berhubung dengan rapat komisi untuk menentukan hak-hak wanita di U.N. (Persikatan Bangsa-bangsa) jang diadakan pada permulaan tahun 1949 di Beirut.

Kaum wanita India amat lekas sedar akan kedudukannja dan mereka telah membuktikan, bahwa mereka sanggup "mendjadi teman dalam pergolakan hidup."

Seperti dinegara-negara Arab, di India pun berabad-abad lamanja telah mendjadi kebiasaan, mengurung kaum wanita dalam rumah. Mereka tidak diizinkan pergi kedjalan besar dan meraka dilarang bergaul dengan kaum lelaki. Kehidupan seorang wanita "purdah" (hampir semua wanita kaum purdah) seolah-olah berlangsung dibalik tirai. Dibalik tirai inilah letaknja dunia kaum wanita jang hanja boleh dimasuki oleh suami dan putera-puteranja sadja. Sedangkan budjang lelaki pun tak diizinkan memasuki "zenana" ini. Tetapi dari belakang tirai itu si Ibu mempunjai pengaruh jang amat besar atas keluarganja. Suara seorang ibu jang punja anak lelaki amat penting dalam segala putusan jang diambil oleh suami dan anak-anaknja. Tetapi dalam hakekatnja wanita ini masih termasuk dalam seperdua bagian penduduk dunia jang mendjadi hamba.

Pergerakan kemerdekaan di India berhubungan rapat dengan kesadaran kaum wanita. Tak berapa lama sesudah petjahnja perang-dunia pertama, Nj. Annie Besant menjiarkan sembojan: "Pemerintah sendiri untuk India." Njonja ini seorang ahli siasat jang tjakap. Dimana-mana didirikannja perkumpulan guna mentjapai pemerintah-sendiri itu. Ia ditangkap oleh pemerintah; di Madras kedjadian mi amat mendorong kesadaran kaum wanita India. Sebelum kaum wanita dinegara-negara demokrasi di Eropah dan Amerika mendapat hak-suara, kaum wanita India telah menuntutnja! Hal ini terdjadi pada tanggal 18 Desember 1917, dengan surat jang oleh utusan dari segala golongan kaum wanita dialamatkan kepada Gubernur-Djenderal India.

Dalam tahun itu djuga seorang wanita terpilih mendjadi Ketua Partai Kongres India. Wanita itu ialah Annie Besant. Propinsi Madras memberi teladan! Dalam "undang-undang Pemerintah India" tahun 1919 kaum wanita Madras memperoleh hak-pilih. Propinsi-propinsi jang lain kemudian mengikuti djedjak ini.

Jang mula-mula membangunkan gerakan mendirikan A.I.W.C. sebenarnja seorang lelaki. Pada tahun 1926, sekertaris-djenderal departemen Pengadjaran di Benggala, dr. Oates, membagi-bagikan hadiah pada murid-murid sekolah-puteri di Calcutta. Pada upatjara itu ia berpidato. Antara lain katanja: "Berapa lamakah lagi kamu akan tinggal sabar sadja melihat kaum lelaki menetapkan sistim, kaum lelaki menetapkan susunan pengadjaran, menjusun udjian dan membentuk Komisi pemeriksa, jang menetapkan haluan didikanmu, padahal dalam menetapkan itu kamu kaum wanita sama sekali tidak mempunjai suara?" Ia mengandjurkan, supaja kaum wanita India, "seia-sekata semuanja melahirkan tjita-tjita mereka, dan terus-menerus bersuara sampai tertjapai jang ditjita-tjitakan itu."

Kaum wanita menjambut andjuran itu dengan baik dan tak berapa lama kemudian didirikanlah A.I.W.C Seorang wanita Inggeris, Margaret Cousins, berseru kepada semua kaum wanita dalam negeri, supaja ditiap-tiap tempat dibentuk komisi dan madjelis-madjelis utusan propinsi (daerah) kaum wanita, jang akan melahirkan pendapatnja tentang pendidikan bagi anak perempuan. Rapat guna mendirikan komisi dan madjelis tersebut diadakan di Poona pada tahun 1927. Dalam dua rapat-tahunan jang mula-mula semata-mata dibitjarakan pendidikan dan pembasmian perkawinan anak-anak, selama perkawinan ini membahajakan bagi pendidikan. Dalam rapat tahunan jang ketiga mereka bertindak lebih djauh dan memuat beberapa perubahan sosial dalam atjara rapat. Dan tidak berapa lama kemudian, A.I.W.C. itu mulai mentjampuri politik menurut arti jang seluasluasnja. Mereka bertjita-tjita, supaja kaum wanita menduduki tempat-tempat jang patut bagi mereka dalam negara ataupun masjarakat. A.I.W.C. ialah satu-satunja organisasi jang mempunjai tjabang-tjabang disemua daerah-bahagian India. Organisasi jang besar ini, jang mempunjai 200 tjabang dan 30.000 anggota, ialah suatu badan jang harus diperhitungkan betul-betul. Sesudah India dan Pakistan merdeka, maka segolongan kaum wanita memisahkan diri dan membentuk sebuah madjelis wanita-Islam, tetapi sebahagian dari wanita Pakistan tinggal tetap setia pada induk-organisasi.

Pada masa ini kaum wanita India dalam soal-soal nasional maupun internasional semakin lama semakin memegang lakon jang penting. Naiknja deradjat bangsa India sebahagian besar hasil gerakan kaum wanita. Dalam prakteknja wanita India lebih mudah menduduki tempat-tempat jang terkemuka dari kaum wanita Eropah atau Amerika. Satu-satunja delegasi (utusan) ke U.N. ( Perserikatan Bangsa-bangsa) jang dipimpin oleh seorang wanita, ialah delegasi India. Pemimpinnja jaitu saudara perdana-menteri Pandit Nehru. Njonja Pandit mempunjai pengalaman dalam lapangan pekerdjaan pemerintah. Pada tahun 1935 ia terpilih mendjadi ketua Madjelis Pengadjaran di Allahabad. Pada tahun 1937 ia mendjadi anggota Madjelis daerah "United Provinces". Pekerdjaannja sebagai menteri urusan Daerah Otonom (Istimewa) dan kesehatan rakjat, amat baik. Tiga kali ia dipendjarakan karena gerakan politiknja. Sesudah perang dunia kedua ia diangkat mendjadi ketua delegasi India ke U.N.; sudah itu ia diangkat mendjadi duta India di Moskou dan sekarang ia menduduki pangkat itu djuga di Washington.

Njonja Sarojini Naidu, jang telah meninggal pada permulaan tahun 1949, pun memegang lakon jang amat penting. Ia seorang jang tjakap dalam segala hal. Ia tahu mengarang sja'ir dan sadjak dan ahli kesusasteraan Timur, seorang jang penuh semangat dalam memperbaiki keadaan sosial, pula salah seorang dari angkatan tua jang berdjuang untuk kemerdekaan India. Njonja Naidu seorang jang amat peramah, seorang ibu jang tahu akan kewadjibannja sebagai ibu dan seorang isteri jang mengasihi suaminja. Orang menamakan dia "Bulbul India" Dan pudjangga jang ketjil dan lembut ini ialah wanita jang pertama-tama diseluruh daerah pemerintahan Ingeris diangkat mendjadi Gubernur daerah "United Provinces". Pada tahun 1905 ia memulai pekerdjaan sosialnja dengan berpidato dihadapan All India Social Conference (Konperensi Sosial Seluruh India) di Calcutta. Waktu itu ia belum mendjadi seorang jang dengan semangat memperdjuangkan kemerdekaan India, tetapi tidak lama kemudian ia memihak pada Gandhi, ketika Bapak Rakjat India itu memulai gerakan "tidak suka turut perintah". Dalam tahun 1924 wanita jang tak mengenal lelah ini bepergian mengelilingi Uni Afrika-Selatan guna memperbaiki nasib perantau-perantau bangsa India disana.

Dua tahun kemudian pidatonja dimuka rapat Kongres Nasional India jang banjak mengandung arti itu, berbunji demikian: „Saja, jang pernah menjanjikan lagulagu ninabobok, saja, sebagai lambang "Ibu India", saja sekarang akan menjalakan obor-kemerdekaan. Karena Tuan-tuan telah memilih saja mendjadi Ketua, pada waktu akan terdjadinja beberapa hal jang mahapenting dan putusan jang hebat-hebat akan diambil, Tuan-tuan sudah membangkitkan adat-kebiasaan lama dan mengembalikan wanita India kekedudukannja sebagai jang pernah mereka duduki dalam masa jang gemilang dalam sedjarah India". Pada tahun 1947, wanita jang telah berumur tudjuh puluh tahun ini masih mengambil bagian dalam mempersiapkan Konperensi Antara Asia jang bersedjarah itu (ia mendjadi ketua komisi persiapan) di New Delih, dan ia pula jang mempersiapkan Steleng Besar India di London.

Kedua wanita ini ialah wanita jang terkemuka kedudukannja. Tetapi di daerah pedalaman pun pada masa ini kaum wanita mendjalankan pekerdjaan jang penting. Wanita-wanita jang tjakap memimpin rumah sakit, sekolah-sekolah dan asrama-asrama. Pekerdjaan hakim-hakim wanita amat baiknja. Terlebih tjara mereka mendjalankan pengadilan untuk anak-anak.

90% dari negara India senantiasa masih daerah-desa. Sebab itu amatlah penting kalau semakin banjak kaum wanita dipimpin untuk menjelenggarakan pekerdjaan mendidik dan pekerdjaan sosial didesa-desa. Pekerdjaan mereka sangat berat, karena di India pun terdapat sifat jang umum ada pada manusia: hendak menolak segala "jang baru". Tjara bekerdja jang sudah biasa dari dahulu mereka pakai, tak perlu dengan sekonjong-konjong ditukar! Tetapi kaum jang ingin akan perubahan dan kemadjuan itu tahu, bahwa mereka disokong oleh A.I.W.C.

Organisasi ini sangat memadjukan pendidikan kaum wanita India dengan mendirikan Lady Irwin Colege of Home-science, sebuah asrama-sekolah-rumah-tangga puteri. Sebuah panitia dari A.I.W.C jang bernama "Tolonglah kanak-kanak" telah membuka beberapa rumah kanak-kanak di Benggala,Orissa dan Malabar. Perkumpulan jang sangat aktif ini mempunjai madjallah sendiri dalam bahasa Ingeris, bahasa Hindu (Hindi) dan bahasa Urdu. Ia sudah banjak menjiarkan berbagai-bagai buku ketjil berfaedah tentang misalnja makanan dan susu, tentang kaum wanita jang bekerdja ditambang-tambang, tentang kemerdekaan kaum wanita sebagai warga-negara, tentang pekerdjaan merawat orang sakit, tentang tonil kebangsaan dan perihal perkerdjaan menjulam setjara Karnstak.

Kantor-pusat A.I.W.C. telah menerbitkan sebuah laporan tentang pekerdjaan kaum wanita dalam djabatan Pemerintah. Djuga dalam hal menjusun undang-undang, A.I.W.C banjak memberi tundjangan. Pada tahun 1946 dan 1947 sebuah gerombolan-peladjar dari A.I.W.C. telah menjusun sebuah "Piagam hak-hak wanita" jang dipergunakan sebagai penuntun dalam merantjangkan undang-undang dasar negara.

Tentu sadja tidak semua wanita India memainkan lakon jang aktif dalam perdjuangan kemerdekakan kaum wanita. Umumnja boleh dikatakan, bahwa dalam waktu kurang dari tiga puluh tahun kaum wanita India telah menduduki tempat, jang kaum wanita Eropa dan Ame- menduduki tempat, jang kaum wanita Eropah dan Amerika baru dapat sesudah berabad-abad berdjuang. Hasil mereka mulai memperdjuangkan kemerdekaan, wanita India lebih "diperhamba" oleh kaum lelaki daripada kaum wanita Eropah atau Amerika. Sudah tentu pula tidak semuanja dapat mengikuti kemadjuan jang setjepat itu. Dan bila ada tjerita, tentang keadaan dibeberapa daerah jang terkebelakang, dan tentang kemiskinan dan kebebalan, maka bolehlah dikatakan, bahwa itu benar. Terhadap India pendapat orang sama sadja sebagaimana terhadap negara Turki, jaitu: "Kalau satu angkatan jang lalu, dalam sebuah negara, hampir 100% wanita penduduk desa belum tahu membatja, menulis dan berhitung, maka tidaklah mungkin sekarang ini tiap-tiap penduduk terpeladjar dan mendapat didikan sosial". Suatu penjelidikan jang rapi tentang keadaan wanita di India pada tahun 1929 melaporkan: "Dipaberik-paberik di India banjak kaum wanita jang telah bersuami bekerdja. Kadang-kadang ada djuga "creche" tempat menitipkan baji-baji), tetapi kerap kali ibu-ibu itu membawa anaknja kepaberik dan menidurkannja dalam sebuah karung. Untuk mendjaga supaja anak-anak itu tidak mengganggu ibunja, maka si Ibu memabukkan anaknja dengan tjandu. Anak-anak mereka jang tinggal dirumahpun diperlakukan demikian, supaja terhindar segala ketjelakaan. Menurut dugaan orang, 98 dari tiap-tiap seratus anak buruh-wanita paberik diberi tjandu, biar jang ada dipaberik ataupun jang tinggal dirumah. Kalau hanja 98 orang anak-anak jang harus dipikirkan nasibnja, tidak begitu sulit rasanja akan mendirikan sebuah sekolah taman kanak-kanak untuk mereka. Tetapi kalau puluhan ribu kali 98 kanak-kanak jang harus ditolong, maka ini berarti, bahwa puluhan-ribu pula taman-kanak-kanak harus dirikan. Dan ini tidak mungkin tertjapai dalam beberapa tahun sadja!

Gandhi sendiri pernah memperingatkan, bahwa kewadjiban kaum wanita lebih terletak pada pemeliharaan anak jang sedikit dengan baik-baik, dari pada melahirkan anak-anak jang banjak. Bila kaum wanita memperhatikan peringatan Gandhi itu, maka soal-soal jang mengenai pemeliharaan anak-anak akan lebih mudah dipetjahkan. Anak jang kurang banjaknja dapat dipelihara dengan lebih baik, sehingga anak-anak jang meninggal semakin kurang; dengan demikian bertambahnja orango-rang dewasa dalam masa satu angkatan achirnja akan hampir sama dengan keadaan sekarang.

Dalam tahun 1940 Gandhi menulis: "Wanita ialah suatu pendjelmaan ahimsa. Ahimsa artinja kasih jang tak berhingga, dan ini berarti pula, kesanggupan menahan penderitaan jang tak ada batasnja. Wanita, ibu manusia, membuktikan kesanggupan demikian dengan sebaik-baiknja. Hendaklah kaum wanita menurunkan kasih ini pada semua manusia, dan hendaklah mereka lupakan, bahwa mereka pernah mendjadi objek guna memuaskan hawa-nafsu kaum lelaki, bila kelak mereka menduduki tempat jang lajak disisi kaum lelaki sebagai ibu mereka, jang mendjadikan mereka, dan sebagai penuntun jang sabar".