Gerakan Wanita di Dunia/Bab 8

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
8. DARI AMERIKA SELATAN LIWAT AFRIKA KE ISRAEL

Pembatja barangkali tahu, bahwa seorang musafir bangsa Spanjol, bernama Columbus, pada suatu ketika meninggalkan kampung-halamannja, berlajar hendak mentjari djalan baru ketanah jang disebut orang masa itu India. Ia jakin, bahwa, bumi ini bundar. Sebab itu ia berpikir: "Kalau saja terus-menerus berlajar kearah Barat, tentulah saja akan tiba di India". Ia tahu pula, bahwa kalau ia mengarahkan haluannja lurus ke Timur, ia tak mungkin akan sampai ke India, karena semua orang mengetahui, bahwa disebelah Timur Lautan Tengah terdapat daratan. Terusan Suez masa itu belum ada. Mungkin pembatja sudah mengetahui djuga, bahwa sesudah berbulan-bulan dalam perlajaran menderita serba kekurangan, Columbus melihat daratan dan berteriak: "India!" Akan tetapi daratan jang dilihatnja itu ialah Amerika! Banjak orang jang mengikut djedjak Columbus dan pergi ke Dunia-Baru itu. Bahagian Utara Amerika diduduki oleh berbagai-bagai bangsa Eropah jang lain. Sekalipun kebanjakan diantara negara-negara-bagiannja lebih seabad telah memerdekakan diri dari pemerintahan Spanjol, pengaruh Spanjol di Amerika-Selatan masih banjak. Akibatnja ialah, bahwa kedudukan kaum wanita di Amerika Selatan kurang berarti dari kedudukan kaum wanita di Amerika Utara. Telah mendjadi kebiasaan bagi kaum wanita dinegara-negara Amerika Selatan bila mereka pergi kegeredja memakai sematjam topi jang luar biasa bentuknja serta sebuah selubung jang dinamakan orang "mantilla". Tidak berapa lama jang lampau pemudi-pemudi masih memakai mantilla itu, bila mereka pagi-pagi pergi bekerdja. Perbuatan mereka itu mempunjai alasan istimewa. Bila orang sebelah-menjebelah rumah melihat mereka memakai mantilla, mereka menjangka, bahwa pemudi-pemudi itu pergi kegeredja dan bukanlah pergi bekerdja untuk mentjari vang. Sebab tidak lajak kaum wanita bekerdja mengambil upah. Sang suamilah jang wadjib mentjari nafkah untuk isteri dan anak-perempuannja dan mungkin djuga untuk saudara-perempuan jang belurn bersuami.

Keadaan jang serupa itu tidak diseluruh Amerika Selatan terdapat. Di Paraguay misalnja, sebuah negara ketjil, terbanjak penduduknja adalah kaum wanita sebab negara ini senantiasa berperang dengan negara-negara tetangganja, sehingga kaum lelaki banjak jang tiwas. Bagaimana benar perbandingan banjaknja kaum lelaki dan kaum wanita tidak diketahui orang benar-benar. Tetapi orang mengatakan bahwa disamping tiap-tiap seorang lelaki terdapat lima atau enam orang wanita. Karena tak dibolehkan beristeri lebih dari seorang, maka sebahagian besar dari penduduk wanita tidak bersuami. Mereka terpaksa bekerdja untuk memperoleh nafkahnja sehari-hari. Apalagi Negara kekurangan tenaga lelaki untuk menjelenggarakan segala pekerdjaan jang perlu. Djadi di Paraguay sudah lama kaum wanita memegang berbagaibagai djabatan, sedangkan dinegara-negara lain keadaan mi baru berlaku dihari-hari jang kemudian sadja.

Akan tetapi ada pula lagi sebuah negara ketjil jang penduduk wanitanja menurut undang-undang disamakan deradjatnja dengan anak-anak dan orang-orang jang bisu dan tuli.

Sesudah perang dunia pertama perubahan-perubahan di Amerika Selatan datanglah sebagian besar, jang berlangsung dengan tjepat berkat kerdja sama diantara semua negara-negara di Amerika. Sebuah Komisi Wanita Antara-Amerika tiap-tiap tahun mengadakan rapat dan mengambil putusan tentang soal-soal jang mengenai hak hak kaum wanita, pekerdjaan wanita, dan urusan sosial dsb. Dalam komisi tersebut duduk utusan wanita dari 21 negara-negara Amerika. Putusan-putusan jang diambil oleh utusan-utusan itu tidak mengikat pemerintah negara masing-masing. Ada pemerintah-pemerintah negara misalnja jang menolak melaksanakan persamaan hak wanita dengan kaum lelaki dalam segala hal. Tetapi banjak djuga pemerintah-pemerintah jang dalam berbagai hal menerima putusan-putusan itu. Sebab itulah maka dinegara-negara Amerika Selatan jang lebih madju, kaum wanita sekarang hidup dan bekerdja sebagai warga-negara jang merdeka. Merekapun banjak menjumbangkan tenaganja untuk pekerdjaan internasional. Seorang anggota parlemen negara San Dominico (sebuah negara ketjil di Amerika Tengah), jang bernama Minerva Bernardino, hadir boleh dikatakan disemua konperensi-wanita internasional dan disemua sidang U.N. Di Argentinia – negara jang terutama di Amerika Selatan – seorang wanitalah jang barangkali memegang rol jang terpenting. Njonja Eva Peron, isteri Diktator Argentinia, bukan sadja membantu suaminja merebut kekuasaanja sekarang ini, tetapi dia sendiripun sangat besar kekuasaanja. Waktu wanita ini mulai berkenalan dengan Peron, ia seorang pemain tonil jang tidak berarti. Peron bermaksud menguasai Argentinia dan sesudah ia kawin dengan Eva, maka Evalah jang membantu Peron dalam perdjuangannja. Sesudah "Djendral" Peron mendjadi Diktator, maka isterinja mendjadi menteri. Ia memilih tiap-tiap kementerian jang dapat dipakainja dan mendjalankan pemerintahan dengan tangan besi. Sesungguhnja banjak pula ia memperbaiki keadaan sosial; terlebih nasib buruh wanita diperbaikinja. Disamping ini tidak lupa ia akan kepentingan dirinja sendiri. Didirikannja misalnja beberapa paberik dan dipaksanja orang membeli barang-barang jang dibuat dipaberik-peberik tersebut. Berturut-turut dibelinja surat kabar, jang tentu sadja hanja boleh memuat perkabaran jang disukainja. Kerap kali dikabarkan, bahwa ia akan dipetjat akan tetapi Njonja Peron masih tetap ikut memerintah.

Di Afrika banjak djuga kaum wanita jang ikut memerintah, tetapi suku bangsa jang ada disana taklah sepenting Argentinia. Dalam beberapa suku bangsa Negro Afrika kaum wanita mempunjai kedudukan jang terutama. Kira-kira lima puluh tahun jang lalu orang bertanja pada seorang perempuan tua, nenek dari Kepala-suku bangsa di Afrika-Tengah, apakah tidak seharusnja tjutjunja Foli beladjar menulis dan membatja. Orang tua ini menjahut: "Nenek-mojang kami jang telah dari dahulu mendiami tanah ini tidak mengenal buku, tetapi mereka tahu bagaimana mereka harus memerintah bangsanja; dan engkau, Foli, sekalipun engkau tidak membatja buku, engkau tetap seorang anak radja. Bila Dewa-dewa Jang Berkuasa kelak menghendaki kamu mendjadi radja, maka engkau akan menduduki tachta keradjaan dan memerintah negara. Apakah ini menggembirakan Sang Dewa, tak seorangpun mengetahuinja. Sebab itu saja tak dapat menjetudjui kalau engkau menambah pengetahuanmu dari buku. Kalau seorang mendjadi radja barulah ia boleh memakai sepatu dan berpajung. Kalau engkau sekarang bersekolah dan beladjar membatja buku, tentu engkau akan meniru adat-kebiasaan bangsa putih. Engkau akan memakai sepatu pula dan memegang pajung. Dengan demikian engkau akan indjak-indjak hukum-adat bangsa kita. Sebab itu djanganlah engkau pergi sekolah!". Dan Foli tidak pergi bersekolah. Antara bangsa Negro biasapun lelaki dan perempuan membagi-bagi pekerdjaan dengan adil. Sang suami biasanja mengerdjakan perkerdjaan jang berat dan isterinja mendjaga rumah tangga dan mengusahakan pekerdjaan ladang jang ringan-ringan. Tetapi ada djuga beberapa suku bangsa jang kaum lelakinja tiada lain kerdjanja hanja berburu dan berperang dan kaum wanitanja mengerdjakan segala pekerdjaan. Tiap-tiap orang Negro mempunjai isteri lebih dari seorang. Kekajaanja ditentukan oleh banjaknja isteri dan banjaknja hewannja. Adat ini lama-kelamaan hilang, lebih-lebih semendjak bangsa Negro bertjampur-gaul dengan bangsa-bangsa dari luar Afrika. Di Congo Belgi misalnja permaduan (poligamie) akan dilarang dengan resmi. Tanggal 1 Januari 1951 tidak seorang Negro lagi dibolehkan beristeri lebih dari seorang.

Afrika adalah sebuah benua jang luas dan banjak bagian-bagiannja jang belum didjedjak oleh bangsa-bangsa asing. Didaerah-daerah jang telah dimasuki orang dari luar, kadang-kadang kedudukan kaum wanitanja mendjadi buruk.

Hal ini terdjadi ketika pada masa itu kaum wanita di Eropah sendiri dipandang orang sebagai anggota masjarakat jang rendah deradjatnja dan jang boleh dihinakan. Ada kalanja kedudukan mereka bertambah baik. Kerap kali terdjadi jang demikian, kalau daerah-daerah itu dimasuki zending Kristen dan ukuran-ukuran agama Kristen lama-kelamaan mereka terima. Bagi Nabi Isa lelaki dan perempuan sama dan hak kemanusiaan mereka pun tak berbeda. Lambat-laun permaduan pun hilang djuga.

Tentang kaum wanita di Mesir sudah kami bitjarakan. Didaerah-daerah Islam jang terletak dipantai Utara Afrika keadaan kaum wanita biasanja masih amat buruk, oleh karena daerah-daerah tersebut amat terkebelakang dan miskin.

Achirnja kami hendak membitjarakan keadaan kaum wanita Israel, suatu negara, jang sesudah dua ribu tahun hilang baru timbul kembali. Hampir dua ribu tahun jang lalu kaum Jahudi dihalau dari negerinja, Palestina, jang terletak pada pantai Timur Lautan Tengah. Pada tahun 1948 pembuangan kaum Jahudi berachir setelah mereka memproklamirkan kemerdekaan mereka dinegara Israel. Dua ribu tahun lamanja kaum wanita Jahudi tinggal dinegeri-negeri asing itu dan sebab itulah kaum wanita Jahudi jang kembali kenegara Israel itu bermatjam-matjam pula adat kebiasaannja. Ada tabib-tabib wanita terpeladjar lainnja jang telah beladjar disekolah-sekolah tinggi di Amerika dan Eropah. Ada pula wanita sederhana jang kembali dari negeri-negeri modern dengan membawa pemandangan baru tentang kewadjiban kaum wanita; wanita bermaksud mendirikan rumah kanak-kanak dan bertjita-tjita mengadakan berbagai-bagai aturan-aturan sosial, misalnja penetapan waktu hamil dsb. untuk pekerdja-pekerdja wanita dipaberik. Tetapi ada pula wanita jang datang dari negeri-negeri Balkan dan Afrika-Utara, jang sama sekali tak pernah mendengar tentang tjara-tjara modern dalam misalnja hal memelihara baji, ilmu kesehatan modern dll. Jang memberti tjap atas kehidupan wanita dinegara Israel jang muda itu ialah wanita-wanita jang fikirannja sangat madju. Kami akan menguraikan sedikit pandjang tentang kaum wanita Jahudi ini, karena mereka – sebenarnja djumlah mereka ketjil sekali – telah memperlihatkan pada dunia, apa jang sanggup dikerdjakan oleh suatu bangsa jang merdeka, walaupun ia tidak mempunjai alat bantuan dan tidak mempunjai kekajaan jang berarti.

Kaum wanita Jahudi mempunjai sebuah organisasi jang meliputi seluruh dunia, jaitu: W.I.Z.O. (Women International Zionist Organization). Dalam tahun 1933, ialah ketika diktator Hitler berangsur-angsur membinasakan segala bangsa Jahudi dinegeri Djerman, mulailah organisasi tersebut membawa anak-anak piatu dan anak-angkat Jahudi pulang kembali ke Palestina (waktu itu negara Israel masih bernama Palestina). Dinegara baru itu mereka dipelihara diasrama-asrama pemuda, dimana mereka mendapat didikan, sebagian besar untuk mendjadi tani. Dari mulanja sampai sekarang kaum wanitalah jang memegang pimpinan organisasi asrama-asrama itu. Sekarang masih terus sadja anak-anak kembali ke Israel. Dalam waktu dua tahun mereka dididik sehingga mendjadi manusia jang boleh dipakai untuk kehidupan "biasa". Pekerdjaan ini amat berat, karena diantara anak-anak itu — terlebih anak-anak jang pulang pada kira-kira tahun 1940 dan sesudah tahun 1945 — banjak jang tak pernah mendapat didikan, jang mungkin dilahirkan didalam kamp-kamp konsentrasi, jang pernah melihat orang tuanja disiksa sampai mati, jang hanja beladjar satu hal sadja, jaitu: mentjari makan seada-adanja, supaja djangan mati kelaparan dan kedinginan. Anak-anak itu sekarang harus mendjadi warga dari sebuah negara jang baru merdeka, dan menjumbangkan seluruh tenaganja untuk memadjukannja. Tentu ada djuga diantara anak-anak itu jang tak dapat dididik lagi. Tetapi sebagian jang besar telah dididik oleh kaum wanita itu mendjadi orang-orang jang gaja dan penuh semangat berdjuang untuk kemerdekaan dan kemakmuran tanah airnja.

Bukan ini sadja djasa kaum wanita itu. Kami telah mentjeriterakan, bahwa bermatjam-matjam kaum wanita jang pulang kembali kenegara Israel. Untuk mereka jang harus beladjar menjelenggarakan rumah-tangga dan mendjadi isteri orang tani, anggota-anggota W.I.Z.O. mendirikan sekolah-sekolah. Disekolah-sekolah itu mereka diberi peladjaran memelihara rumah-tangga dan peladjaran pertanian. Ada peladjaran menggunting dan mendjahit pakaian. Memelihara baji dan anak-anak pun diadjarkan. W.I.Z.O. mempunjai beberapa "creches", jaitu tempat-tempat, dimana kaum wanita jang bekerdja, pagi-pagi sebelum pergi ketempat bekerdja, dapat menitipkan anak-anak itu. Untuk anak baji piatu, didirikan rumah-rumah piatu jang menanggung pemeliharaan anak-anak itu.

Untuk anak laki-laki dan perempuan jang sudah agak besar didirikan "clubs", dimana mereka beladjar bertukang, mengukir kaju, mendjahit dan sebagainja. Untuk mendjaga kesehatan rakjat W.I.Z.O. pun berusaha sekuat-kuatnja.

Wanita-wanita itu telah mendirikan rumah-rumah sakit jang bagus dan waktu dalam perang melawan bangsa Arab, rumah-rumah sakit itu masuk kedalam daerah bangsa Arab, maka mereka membuat rumah sakit darurat dalam lobang-lobang dan gua-gua, dimana orang-orang jang sakit dan luka-luka sampai sekarang masih dirawat dengan baik. Ada wanita-wanita jang mendjalankan pekerdjaan sosial dengan mengundjungi rumah dan memberi penerangan tentang matjam makanan, jang harus dimasak dan tjara memasaknja, supaja mendapat manfaat jang sebesar-besarnja dari makanan itu. Wanita jang hamil diberi nasehat tentang segala jang perlu berhubung dengan keadaannja. Penjakit mata jang amat mengerikan, jaitu penjakit trachoom, sama sekali telah enjah dari Israel, sebagai hasil usaha kaum wanita.

Beberapa golongan wanita menjelenggarakan, supaja disekolah-sekolah pada murid-murid diberi makanan panas tengah hari sebagai makanan-tambahan. Pemudi-pemudi, terlebih guru-guru, dibangunkan semangatnja, supaja suka mengikut kursus-kursus untuk beladjar menurunkan pengetahuan mereka kepada wanita-wanita didesa-desa. Mereka bukan sadja hanja "guru" tetapi djuga pekerdja-pekerdja sosial.

Dinegara Israel wanita dan laki-laki sama berat kewadjibannja. Kaum wanita pun mempunjai kewadjiban dinas sebagai lelaki. Hanja mereka tidak bertempur digaris depan, sebab pimpinan tentara segera mengalami, bahwa bertempur digaris-depan itu kewadjiban kaum lelaki dan bahwa bagi kaum wanita menjelenggarakan persediaan digaris belakang adalah lebih baik. Dipaberik-paberik banjak bekerdja kaum wanita. Kebanjakan dari mereka mendjadi anggota serikat-sekerdja. Selandjutnja di Israel banjak kaum wanita jang mendjadi tabib, adpokat, anggota parlemen, anggota madjelis-kota dsb. Di Israel njata dengan terang, bahwa dalam sebuah negara jang penduduk wanitanja radjin membantu pembangunan negara, negara itu akan lebih lekas madjunja dari pada sebuah negara, dimana segala pekerdjaan hanja diserahkan pada kaum lelaki sadja.