Fana

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

FANA


Ia berdiri di depan yang Hakiki
bagaikan musim pantang berganti;
saingan bumi, teladan matahari,
dialah dewa pujaan dewa-dewi.

Ia rekahkan langit, suaranya bergegar;
matanya bersinaran dahsyat memancar;
dibuatnya hawa ingar hingar
dibikinnya bumi bergeletar.

Tetapi ketika Sang Hakiki mencabut nafasnya,
ia pecah bagai debu, tak ada bekasnya.

(Silhuet, tanpa tahun)