Lompat ke isi

Balada Penyair dan Gadisnya

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Balada Penyair dan Gadisnya  (1959) 
oleh Aldian Aripin


Bila pagi membuka
matahari memancar cerah
kala itu si gadis tercinta
melangkah ke luar rumah

Di jalan ini juga
ia pergi sendiri
di jalan ini juga

ia pulang sendiri
Seorang penyair muda
yangkesepian hati
rindu selalu mendera
ke mana ia pergi

Kalau si gadis lalu di jalan
si penyair lari ke jendela
gelegak ludah ia telan
ai gadis betapa jelita

Ia peram dalam hati
rindu yang amat mesra
pada gadis seorang ini
ia terus mendamba

Berjalan waktu berjalan
lamban pagi dan senja
kenangan demi kenangan
si gadis teringat saja

Karena damba dan kesepian
si penyair menjaring berita
tentang gadis kecintaan
siapa nama di mana rumahnya

Iapun menulis surat:
Kusampaikan padamu sayang
damba yang padat
mesra sekali sayang

Berharian ia menunggu
balasan dari si gadis
gemetar dan kaku
ia buka surat si gadis

Ah penyair yang kesepian
salam kembali padamu
dariku apa yang kau harapkan
maka kau begitu rindu?

Dasar apa, karena apa
aku sendiri tak tahu
tapi begitu saja
aku cinta padamu

Gadis jelita, jangan bantah
siapa juga cinta padamu
supaya aku tak gelisah
biarkan daku mencintaimu

Ah lelaki -
cintamu bagai ombak
sedang menhempas ke tepi
perempuan bagaikan tambak

Pernah kudengar berita
tntang cinta tentang birahi
menempu jalan terbuka
keduanya bahagia keduanya mati

Aku tidak mau
cintaku mengabur
aku tidak mau
cintaku terkubur

Tapi penyairlah dia
yang takkan mati-mati
dan terkutuklah dia
siapa yang tak mengerti

Gadis, aku percaya
kau akan mengerti
Gadis, aku percaya
penyair takkan mati-mati

Aku mengerti apa yang kudengar
tapi sabar, ya tunggu dulu
aku lihat matamu berbinar
aku percaya aku tak ragu

Akan terdampar ke malam mana
o malam yang makin sayu
damba penyair akan gadisnya
erat berpadu dalam sajakku

Bila pagi membuka pula
ia nantikan senyum si gadis
bila malam mengunci segala
terbayang wajah yang manis

Dan penyairlah dia
yang takkan mati-mati
dan terkutuklah dia
siapa yang tak mengerti


1959.