Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan atawa Sapoeloe Pil jang moestadjeb vol 15-21.pdf/59

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 1152 —

Sekarang ia jang moesti tanggoeng dan rasaken itoe perkawinan jang kaliatan tiada membawa beroentoeng.

Orang doega soeda djadi piatoe Dji Hoa nanti bisa robaken ia poenja adat jang djelek, toeroet prenta laki dan mertoea, tapi doegaän itoe njata tiada bener. Sekarang oeroesan roema tangga semoea ada dalem ia poenja kekwasa'an; setiap hari sasoeda matahari menoendjang langit baroe bangoen, boedjang-boedjang sala sedikit dimaki abis-abisan. Dengen atoeran begitoe betoel ia dapet perindaän dan diboeat takoet seperti orang takoet sama matjan, tapi jang kaliatan tjoema marika poenja pengrasa'an takoet, sedeng dendeman hati jang disimpen oleh itoe boedjang-boedjang tiada dapet diliat.

Dengen mengandoeng satoe niatan, pada satoe hari di waktoe liat pada Bauw Si lagi senang, Hok Tjoen berkata pada njonjanja ini: Istrikoe, sekarang ajah dan iboemoe doea-doea soeda meninggal doenia, hingga tiada oesa heran kita orang merasa sanget kasepian dan kadang-kadang terbajang lagi pada orang-orang jang soeda mati. Kau laoe sendiri Taij Taij di sana tiada ada orang, maka akoe pikir baek pinda dan semoea berkoempoel djadi satoe, dengen begitoe setiap hari kita bisa bertemoe satoe dan laen.”

„Kaloe merasa sajang pada kau poenja dato