Halaman:Liem Thian Hok atawa Perdjalanan dan Proentoengannja Satoe Boengah-Raja.pdf/191

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 191 —

semoea djangan kocatir lagi, kita boleh persetan pada itoe anak-bapa." kata Tong Kim Sioe.

„Kaloe sampe menoenggoe Sie An dateng," kata Hek-kat,,ada terlaloe soesa, mana lebih baek akoe rat........"

Baroe sadja Hek-kat berkata sampe disini, dari blakang pintoe kebon telah lontjat saorang jang berbadan tegap dan menghoenoes satoe piso blati dengen bertreak:

„Binatang alas, apa kau berboeat disini. Akoe denger semoea apa jang kau bitjaraken. Hajo siapa jang brani lari, ia nantitjoba rasaken ini piso blati!"

Ini doea menoesia satelah meliat sakoenjoeng-koenjoeng saorang jang tiada dikenal berada dihadepannja telah djadi kaget boekan alang kepalang, apa poela marika denger perkataan jang pengabisan dari ini orang, maka sebagi djoega patoeng marika doedoek diam, menantiken datengnja adjal.

„He djahanam Tong Kim Sioe," kata itoe orang moeda jang boekannja laen, hanja Tiong Djin sembari boeka toetoepan moekanja dari kaen djarang, „akoe tiada njana sekali kau ada poenja hati binatang dan tiada inget sama siapa kau ada bermakan gadji!"

„Ampoen Tiong djin," kata Tong Kim Sioe dengen tekoek loetoet, „ampoeninlah akoe ini. Akoe