153
Liou Siou soeda kira jang dia trarik napas boeat pengabisan penghidoepannja.
— Ité! saija poenja Ité jang tertjinta, — memanggil prampoean itoe serta plok padanja.
— Djanganlah angkaoe takoet, njonja? — berkata toean dokter roema sakit, jang baroe masoek di kamarnja jang sakit kapada njonja itoe, — angkaoe poenja teman seringkali soeda dapat itoe penjakit jang bagitoe roepa adanja. Tetapi ini hari dia soeda bikin dirinja terlaloe tjape. Webi baik sekarang njonja poelang sadja.
Maka perkataiinnja itoe dokter ada lebi dari satoe adjaran; tetapi itoe ada satoe parenta djoega.
Lion Sion mengarti bitjara itoe; dia toendoek di atas moeka misannja jang poetjat, kasi lagi satoe tjioem jang pengabisan dan berkata: „sampe sabantar,“ seperti djoega laki-laki itoe soeda bisa dengar, dan kasi tanda kapada iboenja boeat berangkat poelang abis berdjalan kaloear lebi doeloe dari itse kamar ketjil, dimana dia kasi tinggal hatinja sama sekali.
Pada sabantaran itoe pengiringan jang ketjil poelang kombali ka roema pendjara. Itoe prampoean moeda dengan iboenja soeda masoek kombali didalam gotongan dan salamanja ada di hantar oleh policie, jang padanja soeda di pertjaija boeat djaga itoe orang hoekoeman, dengan sigra dia-orang sampe di pintoe kotta Taenan, jang mana dia-orang misti liwakan troes sopaja dari kotta Tartar boleh datang di kotte Tjina.
Sebab doea koita itoe ada terpisa oleh satoe tembok
