Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/99

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

578

ngantoeknja, tiga hari tia malem tijada makan tijada minoem den tijada tidoer, maka berkata kata itoe dengen lelep; maka laloe poeleslah matanja pada rebahan soewaminja.

Maka heranlah Soe'tan moeda itoe, serta menggeraken kepalanja serta di oesap oesap ramboetnja, katanja: ja djiwa kakanda den bidji mata kakanda den djantoeng hati kakanda, sampelah toean membelah ini, sampeken meninggal iboe den ajah den bandar negri toean, sebab membelah kakanda seorang jang hina bangsa, lagi poen bebel.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen mentjijoem pipi istrinja, serta dengen aer matanja bertjoetjoeran sebab terkenengken oetang nasihnja itoe.

Sachdan maka dalem pertjintaan itoepoen, maka matahari poen sedeng panasnja, maka peloek (keringet) Soeltan moeda poen rembeslah dari pada kepalanja, sambil mereba kepala istrinja itoe, maka di rasahken sanget perinja den pedesnja sebab kenah keringet itoe, maka djaoe teringetlah Soeltan moeda dari pada boedi pekerti istrinja itoe, maka hatinja poen sanget sakitnja serta djadi terbit marahnja, seperti oeler terbelit belit lakoenja, adalah sebagi api jang tersirem oleh minjak tanah, serta di letaken kepalanja istrinja.

Serta katanja: Hai poetri Tadjir, pergilah angkau dari pada moekakoe, den sampe djoega sabarken dari pada hal perboewatanmoe, den sekarang tinggallah angkau di dalem tidoermoe.