Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/98

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

577

kaloe kakanda shenjoerachkan kembali kedalem negri Tadjir, tijadalah adinda dapet berdjalan lagi sebab kaki beta habis bengkak bengkak.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen tjoetjoer aer matanja, sebab melihat lakoe istrinja itoe.

Maka Sahbanda kedoea Sahbandi poen tijada tertahan acer matanja serta berlinang linang, malihat toean poetri Mahroem Siti itoe.

Setelah itoe maka Soeltan moeda poen menangis, serta memeloek istrinja katanja: Hai poetri Tadjir, mengapa diri selakoe ini, tijadakah diri maloe perhambaken diri pada seorang jang tijada berbangsa, lagi bekas pemaloe.

Maka sembanja ja toeankoe, djanganlah toean berkata demikijan, pada hari inilah beta mendjadi hamba kebawa doeli toeankoe, sampeken loepa iboe den ramah den sanak soedara sebab inget pada kakanda, djanganken di ambil istri sekali, sekalipoen di ambil boedak beta poen redlo tijadalah beta berkata bosen.

Setelah itoe maka bertangis tangisan kedoewa itoe, kerna tijadaken dapet meloeloesken hatinja, hanja sebab perboewatan orang.

Setelah Soeltan moeda ingat kasi sajangnja, maka laloe di rebanja di atas pangkoewan, serta di-peloeknja den di tjioemnja serta katanja: Hai adinda, sajang sajanglah seorang poetri jang sampoerna dengen roepanja, den dengen boedi pekertinja, mengapakah toeankoe mendjadi selaloe demikijan ini?

Setelah itoe toewan poetri poen sanget me-