Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/259

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

738

Sambil toelis menarik napas,
Sebab terkeneng boedi si anoe,
Hati birahi tida terlepas.
Hati di dalem bagi di toenoe.

Setelah soeda boeroeng bajan berpantoen, maka toean poetri poen tjoetjoer aer matanja, sebab teringet tatkala di dalem negrinja, tempo soeaminja mendjadi pengarang baboe djangan pada roemahnja nene Rambanan itoe, maka semingkin sanget menangis, bertambah-tambah terkeneng iboe bapanja.

Setelah itoe maka boeroeng bajan poen meroepaken dirinja seperti goerda, serta katanja: naeklah toeankoe pada bahoe hamba, maka laloe di terbangken kaoedara serta terlajang-lajang, maka tidalah hamba seboetken lagi hal toewan poetri Mahroem Sari poelang itoe.

Maka terseboetlah Sahbanda, telah djaoeh maka di liatnja kebelakang pada tepat toewan poetri itoe, maka berdebarlah hatinja serta menangis, hinggah aer matanja poen semingkin berhamboeran, sebab takoet di makan hantoe hoetan itoe.

Setelah itoe maka dari pada sanget takoetnja kepada tocannja, maka laloe ija berdjalan dengen sigranja, setelah 'sampe kehadepan toewannja itoe.

Maka berkata Indra Boeganda Aspandarsah, Hai, bedebah: mengapa angkau sanget lamanja,