Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

503

Maka soeltan moeda berkata-kata itoe dengan aer matanja, sebab terkenengken oentoengnja, den terkenengken iboe bapanja serta bandar negrinja, den terkenengken istrinja jang di tinggal itoe, maka itoe aer matanja djadi betjoetjoeran, serta merasahken panasnja den sakitnja kakinja itoe, maka di sitoelah bahroelah anak radja itoe merasahken dirinja seperti katoelah dengen iboe bapanja, den mendapet tjilaka dari pada istrinja, anak oleh soeltan Bahroen itoe.

Maka disanalah anak radja itoe merasahken beberapa adjab den seksa itoe, maka semingkin menangis, serta katanja: ja adinda sampe hati soenggoe toean berboeat kakanda demikijan.

Setelah itoe maka katanja tinggallah toean baek baek, serta toeroen dari pada geta itoe, serta mengambil anak pananja den pedangnja, serta toeroen berdjalan.

Adapoen maka setela toean poetri menenger katasoewaminja, sepertiken terbang rasa njawanja, serta menangis jang amat keras katanja: ja kakanda djanganlah kakanda meninggalken adinda, matilah bakalnja adinda ini, den lagi dengen sijapa adinda berkirim diri, den ampoenlah adinda, tijadalah adinda ini mengerdjaken lagi pekerdjaan jang demikijan.

Maka laloe di pegangnja kaki soewaminja, serta