— 1688 —
koewatir hatinja, ija lekas berlari keloewar naik tangga aken pergi ka kamarnja Valentine: dan toewan Noirtier poenja mata, seperti membilang. „Ajo. lekas-lekas.“
Morrel seperti beterbang, ija djalan liwat kamar-kamar, tetapi semoewa kosong, semoewa soenji sekali, abis ija sampe di kamarnja Valentine. Pintoenja traoesa di boeka, sebab soedah terboeka. Ija dengar soewara orang menangis. Ija liat orang berpake item seperti berkoewi di depan tempat tidoer.
Ija semingkin bingoeng, semingkin koewatir ija ampir tida bisa djalan lagi, ija tinggal berdiam di pintoe kamar, djoestroe di itoe waktoe di dengarnja doktor bilang: „Valentine mati!“ ija itoelah membikin Morrel menanja: „mati. mati?“
Villefort roepanja djenga ijang orang dapet liat padanja begitoe sedi, maka itoe ija berdirilah.
Pangkatnja mendjadi fiskaal ijang soedah ija djalan doewa poeloeh lima taon lamanja, telah membikin ijang ija poenja hati soedah ampir tida kenal kesian atawa sedi, abis sekarang ija sendiri mengoendjoeken dirinja begitoe bersoesah hati. Villefort memandangken Morrel serta bertanja:
„Kaoe siapa toewan? Kaoe loepaken ijang orang tida bole masoek di dalem roemah orang seperti kaoe ini, apalagi di soewatoe tempat di mana ada kematian dari itoe pegi, lekas toewan pergi dari sini!“
Tetapi Morrel tinggal bediri diam tida bisa berkata-kata, tida bisa bergerak lagi, tjoema matanja tida bisa di lepaskennja dari memandang tempatnja Valentine.
„Toewan, ajo pegi, dari-sinilekas keloewar,“ berkatalah Villefort poela pada Maximiliaan, „ajo pegi, apa toeewan tida dengar ijang kaoe di oesir dari sini?“ Maka d’Avrignij
