— 1681 —
Ia merasa berkedoetan, tetapi boekan hatinja Valentine, hanja oerat tangannja sendiri ijang keras berkedoet seperti orang ijang takoet.
Dia tarik tarik tangannja kombali dengan gemeteran. Tangannja Valentine satoe tergantoeng kaloewar tempat tidoer. Baoe tangan itoe ijang begitoe bagoes, sekarang ini seperti tangan patoeng ijang terbikin dari lilin poeti, di betoelan sikoetnja kebawah, seperti ketarik djadi kakoe, bahna krampnja orang mati djari-djari tangannja terboeka. Koekoenja biroe. Ach soedah tida ada koewatir lagi, njonja Villefort bole tentoein ijang Valentine soedah mati. Di kaboelkenlah niatnja ijang djahat itoe, soedah abislah pakerdja-annja di dalem ini kamar. Pelahan-pelahan ija berdjalan keloewar tetapi sembari berdjalan ija masih pegang djoega klamboe, hingga romannja di itoe waktoe seperti malaikat maoet ijang memboeka sajapnja, boewat bawa terbang djiwa ijang baroe di petiknja. Minjak di lampoe glas soedah abis, soemboe lampoe terlebih keras berboenjinja, hingga kaget njonja de Villefort. Sama sekali lampoe itoe mati, kamar mendjadi gelap tida ada soewara laen melaenken soewara ketak-ketiknja lontjeng-lontjeng ijang tiap-tiap kali seperti mengingatken pada njonja itoe, apa kedjahatan ijang di perboewatinja. Njonja de Villefort tetlebih takoet merajap keloewar dengan memegang ini itoe, ijang mengoendjoek djalan padanja di gelap, ija teroes pegi masoek ka dalem kamarnja.
Gelap itoe di dalem kamar masih kira-kira doewa djam lamanja, abis moelai lagi terang sedikit-sedikit dari pada matahari ijang soedah mengirimken tjahjanja pada kamarnja Valentine. Di itoe waktoelah kedengaran orang batok
