— 371 —
Menoesia dan di ini waktoe hatinja lembek dan banjak jang soeda djadi goesar. Akoe pertjaja iaorang masi setia, tapi akoe tiada brani tanggoeng ; akoe poenja djiwa akoe brani seraken di iaorang poenja tangan, tapi akoe tiada brani berboeat begitoe dengen djiwa Sri Baginda."
„Soeda !*” kata Athos, „djikaloe tiada ada barisan toch masi ada kita bertiga jang maoe bela dengen soenggoe hati, dan akoe kira soeda tjoekoep. Biar Sri Baginda naek koeda dan djalan di antara kita orang; kita njebrang soengi Tyne dan pergi di Schotland, di sana kita djaoe dari bahaja.”
„Apa kau doega pikir begitoe, de Winter?” menanja Radja.
_ „Ja, Sri Baginda."
_ „Dan kau toean, d'Herblay?"
_ „Ja, Sri Baginda."
_ „Djikaloe begitoe kita toeroet sebagimana kau poenja nasehat. De Winter kaloearken prenta apa jang perloe."
De Winter djalan kaloear dan Radja teroes bikin beres pakeannja. Koetika de Winter balik sinar matahari soeda moelai kaloear.
„Semoea soeda sedia, Sri Baginda,“ kata de Winter.
„Dan kita orang?" menanja Athos.
_ „Grimaud dan Bloisois sedia menoenggoe dengen pegang kau orang poenja koeda."
_ „Djikaloe begitoe, jangan bikin ilang tempo lagi. Mari kita brangkat.
„Djalan !" kata Radja.
„Sri Baginda, apa tiada maoe kirim kabar doeloe pada sobat sobat?" menanja Aramis.
„Akoe poenja sobat sobat?" Radja Karel oelangkan dengen gojang kepalanja. „Akoe
