— 274 —
XXI
Dengen hati mendongkol Ratoe Anna masoek dalem kamar, di mana Sri Baginda biasa sembajang.
„Begimana!" treak Anna van Oostenrijk dengen rangkepken kadoea tangannja jang poeti dan aloes koelitnja ; „begimana rahajat negri soeda liat prins de Conde, Radja poenja soedara ditangkep oleh akoe poenja mertoea Marie de Medic's ; ia orang soeda liat djoega begimana itoe mertoea koetika djadi wakil Radja ditangkep oleh Kardinaal ; ia orang liat begimana toean de Vendome, anaknja Radja Hendrik IV di gantoeng di Vincennes, — ia orang liat begimana orang orang jang deradjatnja tinggi dan berpangkat besar dihinaken, ditoetoep dan dianiaja dengen tiada berkata atawa berboeat satoe apa, tapi boeat satoe Broussel!
„Ja, Allah! apa nanti djadinja dengen kekwasa'annja Radja ?“
Ratoe Anna tiada bisa abis pikir kenapa orang moesti bikin riboet boeat satoe orang bangsa anak negri sadja. Ia tiada mengarti rahajat negri boekan brontak boeat kaoem Radja ; ia orang maoe bela kawannja dan dengen berboeat begitoe ia orang djadi bela marika poenja hak sendiri.
Itoe koetika Mazarin djalan pergi dateng di kamar toelisnja dan kadang kadang ia tengok ia poenja katja dari Venetie jang sosda antjoer.
„Ja“ ia kata dalem hatinja, „akoe taoe tiada senang rasanja moesti mengala pada moesoe ; tapi kita nanti bisa bales itoe perkara. Apa mengartinja Broussel? Tjoema satoe nama sadja, boekan satoe pakoempoelan.“
Besok paginja Broussel jang soeda dikasi
