Halaman:Doeapoeloe Taon Blakangan Jilid 01.pdf/372

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 371 —


berampat djoega; betoel apa tiada ? Akoe rasa soeda pasti moesti tinggal begitoe."

„Ja," kata d'Artagnan, „biar kita tinggal djadi musketier sadja jang ada poenja itoe bendera dari servet, atas mana Kardinaal Richelieu soeda prenta soel.mken tiga boenga lelie."

„Ja," kata Aramis, „Kardina'ist atawa frondeur boeat apa kita perdoeliken itoe perkara Biar kita tinggal sebagi saksi sadja pada waktoe itoe doea fihak bertaroeng, tinggal sobat djikaloe perloe bitjaraken perkara penting, dan toeroet soeka hati pada waktoe senang ken hati."

„Dan tiap tiap kali kita berdjoempa satoe pada laen di medan prang, sedeng masing masing ada pada fihaknja," kata Athos, biar itoe perkata'an Palace Royale sadja soeda tjoekoep boeat bikin kita pegang kita poenja sendjata dengen tangan kiri, sedeng jang kanan di angsoerken satoe pada laen, maski itoe perkara moesti kedjadian di antara orang orang jang loeka di medan prang."

„Kau oetjapken apa jang akoe ada pikir dalem hati, Athos, kata Porthos.

„Kau ada satoe menoesia jang paling moelia, Athos," kata d'Artagnan, „banjak lebi baek dari kita orang."

Athos tersenjoem dan moekanja keliatan sanget girang.

„Djadi soeda tetep begitoe, toean toean? menanja Athos. „Mari kasi tangan satoe pada laen, toean toean. Apa kau orang ada anoet agama Christen djoega ?"

„Pardieu! kata d'Artagnan.

„Ja," kata Aramis, „kita moesti berdjandji boeat tinggal pegang tetep kita poenja soempa.

„O, akoe sedia boeat soempa apa djoega,”