Halaman:Doeapoeloe Taon Blakangan Jilid 01.pdf/198

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 197 —

anak dan akoe nanti bitjara troes trang pada Athos dari ini perkara."

Hawa oedara plahan plahan djadi semingkin trang, swara swara jang semalem d’Artagnan denger brentinja, soeda moelai lagi, boeroeng boeroeng di poehoen poehoen berswara, andjing di istal sampi menggonggong dan dari soengi Lire ada Kadengeran swara orang toelak praoe. D’Artagnan tiada maoe orang nanti djadi bangoen, sebab denger ia soeda kaloear, maka ia tinggal berdiri di depan djendela sampe ia denger pintoe dan djendela djendela diboeka, baroe ia bikin beres ramboetnja, ia sisir koemisnja dan keboet ia poenja djas dan djalan kaloear. Baroe sadja ia sampe di depan pintoe loear, ia soeda dapet liat Athos djalan di roempoet dengen kepalanja toendoek sebagi ia lagi tjari satoe barang jang soeda djato.

„Slamet pagi, toean roema,“ kata d’Artagnan.

„Slamet pagi, sobat,“ kata Athos, „Apa kau soeda tidoer senang semalem ?“

„Senang betoel, Athos, kau poenja tempat pembaringan dan barang makanan kemaren sore moesti bikin orang djadi tidoer senang. Tapi apa jang kau liat dengen begitoe teliti? Apa kau sekarang djadi soeka pada kembang Kembang ?“

— „Boeat itoe perkara toch kau blon boleh Ketawaken akoe, sobat. Orang jang tinggal di pagoenoengan djadi beroba adatnja dan djadi soeka pada barang barang bagoes jang Allah kasi Kaloear dari tana, satoe perkara jang dalem kota orang tiada begitoe hargaken. Akoe lagi pandang ini kembang jang semalem akoe sendiri taro di loear, soepaja kena emboen dan sekarang roepa roepanja soeda kena di’indjek koeda.