Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/88

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

madani, deras mengalir bagaikan arus sungai.

XX. Lagu Mijil, 33 bait.

Baris 1 dari bait ke-1, dan bans 1 dan akhir dari bait ke-33.
Baris 1 dari bait ke-1;
Rudira bang merbabang kaeksi,
Baris 1 dan akhir, dari bait ke-33.
Yata bubaran kang para Wali,
tansah brangta wuyung.

Darah merah membara kelihatan mengalir membasahi permadani, hiruk-pikuk yang hadir menyaksikannya. Mereka berkata, "Bagaimana ini Pangeran Sunyata Jatimurti, konon katanya sakti mandraguna. Sekali dibabat Jeng Sunan Kudus penggal juga kepala dari badannya, mati akhirnya. Ah, bualannya saja mengaku yang tersakti, mati darahnya merah warnanya. Kukira darah orang yang mengaku-aku sakti itu lain warnanya."

Badan Pangeran Sunyata Jatimurti yang telah terpisah dari kepalanya seakan-akan menjawab cemoohan para hadirin yang mengata-katainya, segera darah hitam kelam keluar mengalir dari badannya dengan derasnya. Para hadirin yang menyaksikan keanehan tadi, masih juga menanggapinya dengan kata-kata, "Ah, kau Pangeran Sunyata Jatimurti, bukankah biasa saja orang memiliki darah hitam itu?" agaknya badan Pangeran Jatimurti berkenan juga menjawabnya lagi. Keluar dari badan tadi, darah kuning mengalir pula dengan derasnya. Masih juga mereka memperolok-olokan Seh Lemahbang, bahwasanya biasa orang memiliki darah kuning. Dijawab lagi oleh badan Seh Sitijenar, keluar dengan derasnya darah berwarna putih dari badan tadi. Para hadirin pun masih dalam pendiriannya menanggapi dengan kata-kata sindiran, ah biasa saja orang memiliki darah putih. Bukankah manusia itu memiliki ke-empat warna darah itu, bukankah pula dari dulukala unsur-unsur warna merah, hitam, kuning dan putih dimiliki manusia? Namun anehnya, keempat darah merah, hitam, kuning dan putih tadi dapat berbicara seakan-akan menanggapi kata-kata mereka yang hadir tadi. "Berbahagialah

86