Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/69

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Setelah tiang-tiang utama dan tiang penyangga lainnya berdiri, disusul kemudian penanggap-ngisor dan sirap (atap dari kayu). Akhirnya para Wali berembug untuk menentukan "keblat" (arah bagi orang bersembahyang atau keblat bagi mereka yang akan bersujud) dari masjid, harus benar-benar tepat arahnya. Sebab yang benar arah dari keblatnya ialah adep dari masjid itu mengarah ke Kakbah di Mekah, kalau sampai tidak mengarah berarti akan tidak sahlah sembahyang yang dilakukan di masjid itu nantinya.

Berkali-kali arah atau keblat masjid tadi ditentukan, masih juga para Wali ada yang menyalahkan. Berulangkali arah masjid diganti-ganti, namun belum juga para wali sembilan tadi sependapat. Masih dirasa kurang pas, sehingga usaha-usaha menentukan bagi arah atau keblat mesjid dihentikan untuk sementara.

Hari telah menjelang malam, kesepakatan kata telah terjadi antara Jeng Sinuhun Benang dan Jeng Sinuhun Giri. Malam itu diadakan doa-doa untuk memohon petunjuk dari Tuhan Yang Mahaesa bagaimana arah (keblat) mesjid yang sebenarnya nanti. Berkumpullah para wali delapan, bersama-sama memulai memanjatkan doa-doa kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Mereka bersila dengan tapakur bersemadi, seakan-akan yang tampak hanya dunia kabir. Arahnya ke timur, terus ke barat. Akhirnya Kakbatullah di Mekah kelihatan dengan jelasnya, para Wali-wolu dan Senapati Jinbun dalam semedinya memperhatikan dengan seksama keblat dari Kakbatullah Masjidil Karam tadi. Bersama-sama mereka pun segera mengarahkan keblat mesjid barunya ke arah yang tepat searah dengan keblat ke Kakbatullah di Mekah. Namun masih juga para Wali tadi belum sependapat dalam menyipat arah masjid baru tadi, meskipun telah jelas tampak pedomannya ialah Kabatullah di Mekah. Berkali-kali pula mesjid baru tadi digeser-geser, belum juga merasa puas akan ketepatannya.

Tak sabar lagi Jeng Sinuhun Benang dan Sang Ratu Tunggul memulai bersemadi memohon petunjuk Tuhan Yang Mahaesa, diciptanya "doa memperciut bumi". atas kehendak Tuhan Yang

67