Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/61

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

putra tadi selalu masih ditunggui oleh ibundanya, permaisuri Raja Handayaningrat.

Tak selang berapa lama, ibunda permaisuri Handayaningrat meninggal dunia. Jadilah Raden Kebokenanga dan Raden Kebokanigara tak beribu dan bapa lagi, akan kejadian ini kakeknya Prabu Brawijaya menghendaki kedua cucunya untuk dibawa ke Majapahit. Raden Kebokenanga dan Raden Kebokanigara tak ubahnya seperti putranya sendiri saja anggapan Prabu Brawijaya kepada mereka, kasih sayang tertumpah kepada mereka. Apalagi permaisuri raja, Kangjeng Ratu Andarawati sangat mengasihaninya juga, tak ubahnya Raja dan permaisuri ayah dan bapa bagi mereka.

Kerajaan Pajang - Pengging setelah diubah kedudukannya menjadi Kabupaten diserahkan kepada para kesatria dan para sentana Raja Handayaningrat, diembani pula oleh para mantri yang bijaksana tak ubahnya bagaikan cara menata pemerintahan pada waktu Raja Handayaningrat dahulu.

Konon pada waktu Prabu Brawijaya muksa, lolos dari Kerajaan Majapahit, permaisuri raja Ratu Andarawati tak menyertainya. Adapun Putri Cempa Dwarawati (Andarawati) sepeninggal Raja Brawijaya jadilah seorang Islam yang saleh, agama selalu dijunjung tinggi sebagai pelita dalam hidupnya. Putra dari Ratu Dwarawati berada di Ampel Gading terkenal dengan sebutannya Sunan Ampel, dan satu lagi cucunya putra dari Sunan Ampel bernama Jeng Sinuhun Benang (Bonang). Keduaduanya sebagai penyebar Agama Islam yang besar, sebagai penganut agama Islam yang tekun dan berwibawa.

Raja Brawijaya dahulu sebelum meloloskan diri dari Kerajaan Majapahit untuk muksa, meninggalkan pesan kepada permaisuri Kangjeng Ratu Dwarawati bahwasanya sepeninggal Prabu Brawijaya hendaknya Kangjeng Ratu Dwarawati tetap berada di Majapahit. Ditugaskan kepada Kangjeng Ratu Dwarawati untuk tetap momong putra, cucu dan sentana, punggawa Majapahit. Ditekankan pula bahwasanya mereka diwajibkan memeluk agama Islam sarengat Nabi, agama suci dan luhur itu. Adapun bagi Prabu Brawijaya, tak ada bedanya Buda

59