Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/41

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

nya ke rumah ibu Kim Liong, tidak mustahil berulang-kali mereka bertiga mengusungnya.

Layar layangan dirucat dan diturunkan, kerangkanya dipi-sah-pisahkan sehingga memudahkan membawanya pulang. Empat hari lamanya mereka memindahkan barang-barang isi kurungan tadi.

Waktu telah berjalan lama, ibu Kim Liong sangat mengasihi pada Raden Jaka Sungging Prabangkara. Sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri. Kepada ibu Kim Liong Raden Jaka Sungging Prabangkara menyerahkan cincin bawaannya, sebuah cincin yang indah dilolosnya dari jari kelingking kanan. Pennata jingga dan embanan emas menghiasinya cincin tadi, "Ibu terimalah cincin ini, juallah. Uangnya dapat ibunda pakai sebagai modal dagangan dan penyangga hidup kita bersama"” Kim Liong dengan rasa terharu menerimanya dan beijanji akan melaksanakan usulan Raden Jaka Sungging Prabangkara.

Modal dari cincin tadi sungguh mendatangkan kebahagiaan dan rejeki bagi Kim Liong sekeluarga, apapun yang diperdagangkan sangat mudah mendatangkan rezeki. Untung berdatangan dari dagangan yang terjual.

Raden Jaka Sungging Prabangkara sehari-harinya melukis, ada lukisan pohon-pohonan dan burung-burung, Ibu Kim Liong selalu yang menjualkannya.

Terkenal sudah kepandaian Raden Jaka Sungging Prabangkara, seluruh desa tahu si Jaka ahli menggambar. Orang beli pun berebutan, harga bersaing. Berapa pun harga yang dipasang ibu Kim Liong tak menjadi soal bagi pembeli, asal dapat barang lukisan Raden Jaka Sungging Prabangkara, khususnya lukisan manusia lelaki dan wanita. Banyak pula yang memesannya terlebih dahulu, pembelinya tak terkecuali laki dan wanita.

Harta bertumpuk-tumpuk pada janda Kim Liong, konon si janda menjadi hartawan dikarenakan anak pungutnya si Jaka Sungging Prabangkara, si pembawa rejeki.

VII. Lagu Kinanti, 35 bait.

Baris 1 dari bait ke-1 dan baris 1 dan akhir, bait ke-35.

39