Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/19

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sama pula mengerjakan kelancaran pemerintahan di dalam praja. Pada waktu Negara Majapahit dibedah oleh lawan, Raden Jaka Gugur menginginkan sekali akan turut ayahandanya muksa, namun dilarang.

Pesan ayahandanya, Prabu Brawijaya (V) Raja Majapahit kepadanya, supaya Raden Jaka Gugur beserta adiknya dan wadyabala Majapahit tunduk pada saudaranya (Raden Patah) yang telah membedah Majapahit. Pesan dari ayahandanya, agaknya tak dihiraukan kemudian harinya.

Diputuskannya, pergi masuk hutan-belantara bersama-sama dengan saudara-saudaranya yang berasal dari satu ayah dan ibu. Raden Gugur, Raden Teki dan seorang saudaranya lagi dalam perjalanannya sampailah sudah di kaki Gunung Lawu, sebelah tenggara kota Majapahit. Dalam perjalanan kaki, dihitung sampai memakan enam hari.

Sesampainya di kaki Gunung Lawu, Raden Arya Gugur berkeinginan mendirikan padepokan. Bersama-sama dengan adikadiknya, Raden Arya Gugur akan menjalankan tapa-brata dipadepokan itu.

Adapun hutan di dekatnya telah selesai dibabati, dijadikan sebuah dukuh (desa) untuk kemudian dijadikan tempat bermukim sesaudara. Lama-kelamaan dukuh tadi menjadi ramai, banyak penduduk di sekitar lambung gunung Semeru yang berdiam diri di dukuh Raden Gugur tadi.

Adapun dukuh tadi, akhirnya dinamakan nama dari yang membangun, ialah "Dukuh Gugur". Syahdan lolosnya Raden Arya Gugur, Raden Teki bersama saudaranya seorang lagi, merepotka juga pada Raden Patah Raja Demak. Selama tiga tahun utusan disebar untuk melacak menemukannya, sesudahnya 3 tahun berlalu barulah mereka diketemukan.

Utusan Kerajaan Demak menyampaikan pesan, bahwasanya Raden Arya Gugur dimohon kesediaannya untuk datang menghadap ke Negara Demak, pada waktu itu Raden Arya Gugur bersama-sama adik-adiknya telah memeluk Agama Islam juga. Akan tetapi padanya, Raden Arya Gugur masih senang melakukan tapa-brata di padepokannya.

17