Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/139

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

reka berbincang-bincang, disela tangis mereka yang tidak berhenti-henti. Tak ada lain yang dipermasalahkan kecuali sepeninggal Kyai Ageng Pengging, Nyai Ageng sangat merana hatinya apalagi mempunyai momongan seorang putra lelaki Mas Karebet yang masih sangat muda.

Berkatalah Nyai Ageng Tingkir, "Yayi Nyai Ageng Pengging, terimalah rasa belasungkawaku dan kangmas Kyai Ageng Tingkir atas wafatnya yayi Kyai Ageng Kebokenanga. Di samping itu, kedatanganku di Pengging kecuali akan melepas kerinduanku kepada yayi Pengging juga terdengar berita bahwasanya yayi Nyai Ageng gerah (sakit). Nyai, apa pula yang menjadi beban Nyai, kenapa pula yayi gerah?" Nyai Ageng Pengging menjawabnya, "Kangbok (bakyu, kakak perempuan) Nyai Ageng Tingkir, bukan menjadi rahasia lagi setelah kangmas Kyai Ageng Kebokenanga wafat, serasa hatiku kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Entah kangbok, sesudah itu hatiku sangat merana, akibatnya enggan dinda untuk berbuat sesuatu, makan dan tidur pun sudah tak terpikirkan lagi. Maafkan yayi kangbok, bagaimanapun hatiku masih belum bisa pulih seperti sediakala. Apalagi, bukankah putramu Karebet ini masih kecil, namun sudah tidak berbapak lagi. Apa dayaku kangbok, sebagai seorang wanita yang ditinggal suami. Terpikir olehku kepada siapa nantinya aku akan berlindung, apalagi bagaimana pula akan nasib si Karebet nantinya. Bagiku kangbok tak ingin akan hidup lagi, keinginanku hanya akan menyusul kangmas Kyai Ageng Kebokenanga."

Serasa tersayat-sayat hati Nyai Ageng Tingkir mendengarkan keluh kesah Nyai Ageng Pengging, "Yayi adikku sayang, mengapa pula yayi mengumpat-umpat akan keadaan yang baru disandang kali ini? Itu berarti yayi tidak bisa mensyukuri akan rohmat Tuhan Yang Mahakuasa, bukankah dalam lohilmakpul telah tersurat bahwasanya bahagia, sengsara, dan mati pun manusia tak kuasa apa-apa. Bukankah kesemuanya itu Tuhan yang memurba dan misesa. Manusia yayi, harus bersyukur akan rohmat Tuhan, janganlah yayi selalu menyesali nasib diri sendiri.

Yayi Nyai Ageng Pengging, menurut hematku jika kau menye-

137