Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/126

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Terung, yang amat bertuah sarana untuk maju ke medan-laga.

Tujuh perwira andalan Demak berjalan beriringan, Kyai Macan dibawanya dipikul oleh para santri tadi laju menuju ke Pengging. Sampailah mereka ke batas pinggiran Nagara Pengging, ada sebuah dusun agak jauh mempunyai sebuah pohon Beringin yang besar tumbuh di tegal (ladang). Berhentilah Jeng Pangeran Kudus beserta ketujuh sahabatnya, mengaso di bawah pohon mandera (beringin) besar lagi rindang.

Selagi mereka mengaso di bawah pohon beringin yang rindang tadi, datanglah bekel desa mendekati Jeng Sunan Kudus. Bertanyalah Ki Soma, "Ki sanak, kami ucapkan selamat kedatang an kalian di sini. Bolehkah kami bertanya, siapa ki sanak ini dari mana dan mau ke mana?" Jeng Sunan Kudus menjawabnya, "Kyai Soma, saya bernama Amad Sapanyana seorang santri dari Kudus. Kami hendak mencari saudara tua kami di Pengging."

"Apakah kiranya kami dapat mengundang ki sanak untuk mampir (singgah di gubug kami, kami persilakan menikmati dawegan (kelapa muda) sekedar untuk penyangga haus dan sekedar makanan untuk penyangga lapar. Namun kuminta maaf jika sekiranya nanti kurang tata dalam kami menerimanya, maklum ki sanak orang dusun.

"Kyai Soma, terima kasih kuucapkan atas budi baikmu. Kuusulkan baiklah sahabatku ketujuh orang yang dahaga, berilah mereka dawegan". Kyai bekel desa segera pulang ke rumah mengambil dawegan, kembali dijhijingnya beberapa buah di tangan kiri dan kanannya.

Diaturkannya dawegan dawegan yang dibawanya kepada Amad Sapanyana, dan ucapan terimakasih diterimanya pula dari Jeng Sunan Kudus (Amad sapanyana). Dawegan segera diminum oleh Jeng Sunan Kudus, demikian pula para sakabat Sunan tak ketinggalan turut serta meminum dawegan pemberian bekel desa Ki Soma tadi.

"Paman bekel desa Ki Soma, jalan mana yang harus kutempuh pergi ke Pengging itu?", dijawabnya jalan menuju Pengging dari dukuh Ki Soma mengarah ke barat-daya. Tak berapa

124