Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/108

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ucap- sepatah kata pun juga.

Namun terdengar juga suara berisik memanjatkan puji, sesanti pada Ki Seh Malangsumirang, "Bukti dan nyata, apa yang diucapkan oleh Ki Seh Malangsumirang sungguh kejadian, suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah" demikian suara mereka yang bengong menyaksikan keajaiban tadi

Sunan Derajad, Jeng Sunan Wali-agung, para Wali-sor-soran, pandita, mupti disalami oleh Ki Seh Malangsumirang, tak ketinggalan semuanya yang hadir pun mendapatkan gilirannya. Mereka merasa mendapat mupangatnya dari hikmah sang sinakti Seh malangsumirang.

Ki Seh Malangsumirang segera mendekat pada Sultan Demak, kertas yang telah ditulisi selama di dalam kobaran pancakadahana segera diterimakan kepada Jeng Sultan. Maksud Seh Malangsumirang, semoga wasiatnya yang telah dibukukan tadi dapat dijadikan "suluk". Selanjutnya dinamakan "suluk Malangsumirang", yang tak lain suatu ilmu yang merupakan penghayatan pangkal-tolak ilmu rasa.

Sultan Demak menerimanya dengan senang hati, kepada juru-baca Kasultanan diperintahkan untuk segera membacanya keras-keras dengan maksud supaya dapat didengar oleh kesemuanya yang hadir. Para hadirin dengan tekun mengikuti isi Suluk Malangsumirang tadi yang berbunyi:

 Malangsumirang yang tak tahu diri,
seorang yang dungu namun memaksakan diri membuat san-
jak (suluk), anak kecil yang tak tahu akan kebenaran (rarywa
nom diterjemahkan anak yang belum berpengalaman atau mu-
da dalam ilmunya, dapat dipersamakan dengan anak kecil)
 Menyebar-luaskan (memaparkan) ilmu yang salah (berba-
haya, berbisa atau dapat dianggap akan mengganggu ketenang-
an orang beragama) seorang yang amat pandir (bodoh, goblog,
dungu) yang tak tahu akan bahaya (kesulitan),
berkata seenaknya sendiri,
bercerita yang tidak ada kebenarannya (bohong),
bodoh dungu namun mengaku dirinya lebih pandai,
(itulah dia Malangsumirang) tak dapat diragukan.

106