Amerta: Berkala Arkeologi 3/Bab 1

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Amerta: Berkala Arkeologi 3  (1985) 
Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Proyek Penelitian Purbakala Jakarta
Bab I



Bab I
KISAH PERJALANAN KE

SUMATRA SELATAN DAN JAMBI


Atas inisiatif dan perintah Y. M. Menteri P.P.& K, Mr. Muh, Yamin, maka dengan surat keputusan beliau tanggal 25 Pebruari 1954 No.8778/Kab. diberangkatkan rombongan yang terdiri atas dua belas orang, di antaranya terdapat beberapa mahasiswa dari Universitas Indonesia, sebagai suatu langkah dalam segi pendidikan, untuk melakukan peninjauan kepurbakalaan ke daerah Sumatra Selatan dan Jambi selama ± dua (2) minggu. Dua belas (12) orang itu ialah:

  1. Drs. Soekmono, Akting Kepala Dinas Purbakala, selaku pemimpin rombongan.
  2. Dra. Ny. S. Suleiman , Ahli Purbakala pada Dinas Purbakala.
  3. Dr. J. G. de Casparis, Ahli Epigrafi dan Dinas Purbakala.
  4. H.R. Van Heekeren, Ahli Prehistori pada Dinas Purbakala.
  5. Boechari, Asisten pada Dinas Purbakala, mahasiswa ilmu purbakala.
  6. Uka Tjandrasasmita, Asisten pada Dinas Purbakala, mahasiswa ilmu purbakala.
  7. Basoeki, Sinder Kepala pada Dinas Purbakala.
  8. L.C. Damais, Ahli Epigrafi, Membre permanent Directeur d’Etudes a’l’Ecole Francaise d’Extreme Orient.
  9. Dr. H. Th. Verstappen, Ahli Geomorfologi pada Jawatan Topografi Angkatan Darat.
  10. R.P. Soejeono, mahasiswa ilmu purbakala, Jakarta.
  11. Nn. Sri Woerjani Kamil, mahasiswa ilmu purbakala, Jakarta.
  12. Johannes, mahasiswa ilmu geologi, Bandung.

Mengingat akan:
a). luasnya daerah yang akan ditinjau
b). sempitnya waktu (lebih dari dua minggu memberatkan jalannya pekerjaan kantor, pusat Dinas Purbakala)
c). tidak perlunya bahwa rombongan seluruhnya tetap bersatu

maka diputuskan untuk mula-mula bersama meninjau daerah Palembang selama ± 6 hari dan kemudian memecah rombongan itu menjadi tiga (3). Pemilihan orang-orangnya untuk tiap bagian ini sedapat mungkin disesuaikan dengan obyek-obyek yang akan ditinjau dan adanya obyek-obyek itu di sesuatu daerah. Begitu pula caranya membagi mahasiswa-mahasiswa disesuaikan dengan minat dan jurusan mereka masing-masing agar dalam perjalanan itu mereka dapat mengambil manfaat sebanyak-banyaknya untuk pendidikan mereka baik dari obyek-obyek yang mereka lihat maupun dari ahli-ahli yang mereka ikuti. Demikianlah maka:

  1. rombongan Epigrafi yang terdiri atas Dr. J.G. de Casparis, L.C. Damais, dan Boechari meninjau daerah sekitar Danau Ranau dan Lampung;
  2. rombongan Prehistori yang terdiri atas H.R Van heekeren Basoeki, dan Soejono dibantu oleh Dr. H. Th. Verstappen dan Johannes, me

ngunjungi daerah Pasemah (Lahat – Pagaralam);

  1. rombongan Arkeologi yang terdiri atas Drs. R. Soekmono, Dra. Ny. S. Suleiman, Nn. Sri Woerjani Kamil, dan Uka Tjandrasasmita pergi ke daerah Jambi dan Merangin.

Atas bantuan Sdr. R. Moh. Saleh, Kepala Perwakilan Jawatan Kebudayaan untuk Sumatra Selatan, maka selama di kota Palembang kami mempergunakan pick-up kantornya, sedangkan ia sendiri mengemudikannya untuk mengantarkan kami ke mana saja kami pergi. Bahkan setelah rombongan dipecah, tiap bagiannya diberi olehnya seorang ”pengantar” dari kantornya. Demikianlah untuk rombongan Pasemah Sdr. Saleh sendiri, dan untuk rombongan Lampung Sdr. Husin.

Rencana semula dari Jakarta ialah, bahwa untuk memasuki daerah pedalaman itu kami akan mempergunakan tiga powerwagon (satu untuk tiap bagian) yang dimintakan oleh Kementerian P.P.K. kepada Gubernur Sumatra Selatan. Ternyata bahwa Gubernur tidak dapat menyediakan kendaraan yang diminta itu, karena memang tidak ada. Maka Sdr. Saleh menyanggupi pick-upnya untuk pergi ke Pasemah, sedangkan rombongan Lampung harus memakai kereta-api dan kendaraan-kendaraan setempat (karena tempat-tempat yang harus mereka kunjungi sangat berjauhan, maka boleh dikata bahwa 3/4 dari waktu mereka terbuang di tengah jalan).

Adapun rombongan Jambi, semula akan menempuh jalan Rawas ke Sarolangun-Bangko dan baru kemudian menuju Jambi. Akan tetapi berita-berita yang kami terima menyatakan, bahwa berhubung dengan musin, hujan banyak tempat di jalan itu yang terendam air, sehingga jika tidak mustahil maka sukar sekali dilalui dan tidak cukup dijalani dalam waktu sehari. Bahkan dua hari sebelum rombongan dipecah terdapat kabar bahwa jalan ke Sekayu pun terputus, demikian pulau jalan ke Lahat. Mengingat hal-hal tersebut maka kami putuskan, bahwa rombongan ke Jambi merubah rencana dengan naik plane ke Jambi dan dari sana dengan kendaraan setempat menuju daerah Mera-

Sebelum Memulai Pekerjaan, Rombongan Bergambar Dulu Bersama sdr. Moh. Saleh di Palembang.

ngin (bantuan dari Pamong Praja di Jambi memungkinkan terlaksananya ini). Pun Rombongan Pasemah tidak jadi mempergunakan pick-up Sdr. Saleh, melainkan naik kereta-api ke Lahat untuk seterusnya mencari keadaan setempat.

Di samping tugas kami untuk melakukan peninjauan/penyelidikan di darat, dibebankan pula tugas untuk meninjau daerah Palembang dan sekitarnya dari udara, ialah guna mencoba melihat/menentukan jalannya garus pantai dahulu kala, di dalam zaman Sriwijaya khususnya. Sebagaimana dapat dianggap diketahui umum, maka garis pantai yang sekarang sangatlah berbeda daripada dahulu, hal mana terutama sekali disebabkan karena pengendapan-pengendapan lumpur yang dibawa oleh sungai-sungai ke laut. Rawa-rawa yang memenuhi pantai timur Sumatra menjadi petunjuk yang tak minta penjelasan lebih lanjut.

Peninjauan dari udara untuk keperluan kepurbakalaan telah banyak dilakukan di luar negeri baik yang disengaja untuk mencari ”situs” (tempat peninggalan purbakala) maupun yang khusus untuk mendapatkan ketentuan mengenai kemungkinan adanya situs berdasarkan dugaan yang timbul dari penelitian foto-foto dari udara.

Di negeri kita penyelidikan demikian belum pernah dilakukan, meskipun angan-angan sebenarnya telah ada pada Dinas Purbakala, terutama untuk daerah Prambanan dan sekitarnya yang penuh dengan candi-candi itu dan daerah Kota Majapahit. Tetapi angan-angan itu belum pernah dan belum berani dikemukakan secara tegas, mengingat akan biaya ekstra yang tentunya tidak sedikit, sedangkan hasilnya belum pasti bahkan tak berani kami menjamin–oleh karena kami kurang mengetahui syarat-syarat apa sajakah yang diperlukan untuk memulai peninjauan dari udara itu.

Dengan tugas yang kami terima dari Y.M. Menteri P.P & K. maka diatasilah semua pertimbangan yang memberatkan itu, dan dengan bantuan yang luar biasa dari G I A yang khusus menyediakan sebuah pesawat terbang untuk keperluan kami dengan cuma-cuma, terayunkanlah langkah pertama guna melaksanakan angan-angan tadi. Tak kecil pula artinya bahwa ikut serta seorang ahli geomorfologi, yang memang terutama sekali untuk keperluan ini kami kami ”pinjam” dari Jawatan Topografi.

Kami tidak dapat membanggakan hasil-hasil yang nyata-nyata positif, namun kesan-kesan yang banyak membuka perspektip baru dalam penyelidikan kepurbakalaan memberi dasar dan harapan besar dan harapan besar untuk masa kemudian. Dan terutama dalam hal inilah kami dapat mengatakan, bahwa perjalanan kami itu sungguh berhasil. Maka pada tempatnyalah kalau kami pertama-tama mengucapkan terima kasih kami kepada Y.M. Menteri P.P & K. yang menjadi sebab dari hasil-hasil yang kami peroleh itu. Terima kasih kami sampaikan juga pada G I A yang telah memungkinkan peninjauan dari udara itu, dan kepada Kepala Jawatan Topografi atas ”pinjamannya". Tak kurang-kurang pula terima kasih kami ,kami sampaikan kepada Perwakilan Jawatan Kebudayaan untuk Sumatra Selatan dan Sumatra Tengah atas segala usaha dan bantuan mereka, dan last but not least kepada para Pamong-Praja Propinsi-propinsi Sumatra Selatan dan Sumatra Tengah dari yang terendah sampai yang tertinggi – yang di berbagai tempat sungguh-sungguh luar biasa sambutan dan bantuannya, dan kepada berbagai badan pemerintahan/partikelir yang telah sudi membantu kami untuk menunaikan tugas kami.


Jakarta,12 April 1954


a.n.rombongan,


Drs. R. Soekmono