Imperialisme, Perang Nuklir, dan Papua

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas

Imperialisme, Perang Nuklir dan Papua

Pidato Soekarno di Markas Besar PBB, 30 September 1960 (diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia)

Hari ini saya berbicara kepada para pemimpin dan pendiri bangsa. Tetapi, secara tidak langsung, saya juga berbicara kepada yang anda wakili, kepada mereka yang telah mengirim anda ke sini, kepada mereka yang telah mempercayakan masa depan mereka ke tangan anda. Saya sangat menginginkan, bahwa kata-kata saya dapat meresap di pikiran dan hati, di lubuk hati umat manusia yang terdalam, di dalam hati yang berjiwa besar, yang darinya telah terdengar begitu banyak sorak sorai, begitu banyak tangisan kesedihan dan keputusasaan, serta begitu banyak cinta dan tawa.

Hari ini, adalah seorang Presiden Sukarno yang tengah menyapa anda, tetapi lebih dari itu, ia adalah seorang manusia. Sukarno, orang Indonesia, seorang suami, seorang ayah, seorang anggota keluarga peradaban.

Saya berbicara kepada anda atas nama rakyat saya, 92 juta orang di kepulauan Indonesia, 92 juta orang yang telah menjalani kehidupan penuh perjuangan dan pengorbanan, 92 juta orang yang telah membangun negara di atas reruntuhan sebuah imperium, dan mereka, orang-orang Asia dan Afrika, dari benua Amerika dan benua Eropa, dan orang-orang di benua Australia, mereka menonton, mendengarkan, dan berharap. Dalam organisasi PBB ini, mereka melihat sebuah harapan untuk masa depan dan prospek masa kini.

Keputusan untuk menghadiri sidang umum ini bukanlah keputusan yang mudah untuk saya ambil. Bangsa saya sendiri menghadapi banyak masalah, dan waktu untuk menyelesaikan masalah itu selalu sangat singkat.

Bagaimanapun, mungkin ini adalah pertemuan paling penting yang pernah diadakan dan kita semua memiliki tanggung jawab kepada dunia, termasuk terhadap negara kita sendiri. Tak satu pun dari kita dapat mengelak dari tanggung jawab ini, dan tentu saja tidak ada yang menginginkannya juga.

Saya sangat yakin bahwa para pemimpin negara-negara yang baru merdeka dapat memberikan kontribusi yang sangat positif, dan solusi....untuk berbagai masalah yang dihadapi organisasi ini dan di dunia pada umumnya.

Memang, saya yakin, bahwa manusia dunia baru mungkin sekali lagi dipanggil untuk memperbaiki keseimbangan dunia lama jelas, pada hari ini, bahwa semua masalah yang terjadi di dunia ialah saling berhubungan. Kolonialisme terkait dengan keamanan, keamanan terkait dengan pertanyaan tentang perdamaian dan perlucutan senjata (nuklir) perlucutan senjata berhubungan dengan perdamaian di negara-negara yang belum berkembang.

Ya, semua terhubung dan saling berhubungan. Jika kami berhasil menyelesaikan satu masalah, maka solusi dari berbagai masalah yang lain akan terbuka.

Jika kita berhasil menyelesaikan, misalnya, masalah perlucutan senjata, maka akan tersedia dana besar untuk membantu negara-negara yang sangat membutuhkan bantuan.

Lima tahun yang lalu 29 negara Asia dan Afrika, mengirimkan perwakilannya ke kota Bandung 29 negara di Asia dan Afrika.

Hari ini, ada berapa orang dari bangsa merdeka itu yang hadir di sini? Saya tidak akan menghitungnya. Tapi, lihat sekeliling ruangan ini sekarang.

Lalu beri tahu saya apakah saya benar atau tidak, ketika saya mengatakan bahwa ini adalah waktu yang tepat bagi eksistensi dan pembangunan bangsa-bangsa. Kemarin, Asia, masih ada masalah yang belum selesai. Hari ini, Afrika, dan itu juga merupakan masalah yang belum selesai.

Kami bertekad, bahwa dunia kita ini, tidak sekadar diputuskan di atas kepala atau tubuh kami (setiap kebijakan) itu akan diputuskan dengan partisipasi dan kerja sama kita semua. Keputusan yang penting bagi perdamaian dan masa depan dunia dapat diputuskan di sini. Dan sekarang inilah, para kepala negara dan kepala pemerintahan berkumpul di satu tempat. Inilah cara dan sistem kerja organisasi kita.

Saya sangat berharap, tidak ada pertanyaan tentang protokol penolakan, dan tidak ada perasaan sempit tentang masalah pribadi atau nasional, yang dapat mencegah peluang ini untuk bisa berlangsung dengan sempurna.

Kesempatan seperti ini tidak sering datang. Maka ini harus digunakan sebaik mungkin, sekarang kita memiliki peluang unik, untuk menggabungkan diplomasi tertutup dan publik. Mari kita gunakan kesempatan ini, yang mungkin tidak datang lagi.

Saya sangat menyadari bahwa hadirnya banyak kepala negara dan kepala pemerintahan di sini, ialah untuk memenuhi harapan jutaan orang

Mereka dapat mengambil keputusan penting dalam membangun wajah baru untuk dunia kita, serta untuk wajah baru PBB. Sudah selayaknya kita mempertimbangkan posisi PBB dalam kaitannya....dengan era pembangunan negara dan kebangsaan.

Saya memberi tahu anda, untuk negara yang baru merdeka, untuk negara yang baru lahir, atau (sekali lagi) untuk negara yang baru merdeka, bahwa kepemilikan paling berharga (bagi suatu bangsa) adalah kemerdekaan dan kedaulatan. Mungkin, saya tidak tahu, tetapi mungkin, bahwa rasa memiliki sebuah kedaulatan dan kemerdekaan yang berharga, seakan terbatas pada bangsa atau negara yang baru terbentuk.

Mungkin, seiring berlalunya generasi, rasa memiliki akan pencapaian itu tumbuh redup, mungkin begitu, tapi saya tidak berpikir begitu. Ini adalah organisasi internasional, bukan sebagai organisasi supernasional atau supranasional. Ini adalah organisasi seluruh bangsa, dan hanya dapat berfungsi....sesuai dengan kehendak dan partisipasi semua negara-bangsa itu.

Apakah kita semua dengan suara bulat setuju untuk menyerahkan kedaulatan kita pada badan ini? Tidak, kami tidak melakukan itu. Kami telah menyepakati piagam anggaran dasar, dan piagam tersebut ditandatangani negara- negara yang berdaulat dan sederajat.

Mungkin badan ini harus mempertimbangkan, apakah anggotanya harus menyerahkan bagian mana pun....dari kedaulatan mereka kepada badan internasional ini. Tetapi jika ada keputusan seperti itu dibuat, itu harus dilakukan secara bebas, dan dengan suara bulat, itu harus diputuskan oleh semua bangsa secara adil dan setara, baik negara baru maupun negara yang sudah lama berdiri dan telah mapan, serta yang sudah maju maupun yang masih terbelakang.

Ini bukan sesuatu yang dapat dipaksakan pada negara mana pun. Lebih jauh lagi, satu-satunya dasar yang mungkin untuk organisasi ini....adalah kesetaraan yang solid atas kedaulatan negara terbaru atau negara kecil, semua itu milik mereka, yang sama-sama berharga dan tak ternilai harganya, sama seperti kedaulatan yang dimiliki oleh negara negara besar dan tua.

Dan, lebih jauh lagi, setiap agresi terhadap kedaulatan negara manapun adalah suatu ancaman....terhadap kedaulatan seluruh negara-bangsa (di dunia).

Selama 15 tahun, kini Barat sudah merasakan perdamaian, atau setidaknya tidak ada perang. Walaupun tetap ada ketegangan, dan juga ancaman bahaya. Namun faktanya, di tengah gelombang revolusi yang melanda tiga perempat dunia, dunia Barat tetap dalam kondisi damai.

Faktanya, kedua blok besar telah berhasil mempraktikkan koeksistensi selama bertahun-tahun. Itu bertentangan dengan mereka yang menyangkal koeksistensi (hidup damai berdampingan).

Kami dari Asia, saya ulangi, kami dari Asia, kami belum merasakan suatu perdamaian. Setelah perdamaian dirasakan di Eropa, kami mengalami ancaman bom atom. Kami mengalami Revolusi Nasional kami sendiri di Indonesia, kami mengalami Perang Vietnam, kami menyaksikan penyiksaan di Korea, dan kami masih merasakan penderitaan di Aljazair.

Apakah selanjutnya giliran saudara-saudara kita di Afrika? Apakah mereka juga akan disiksa, sementara luka kita masih belum sembuh?

Namun, Barat masih bisa hidup damai. Apakah anda tahu bahwa kita sekarang menuntut, iya, menuntut, untuk disudahinya siksaan ini? Apakah anda tahu bahwa suara saya sekarang ini adalah sebagai bentuk protes?

Kami yang dulunya tak bersuara, kini memiliki tuntutan dan persyaratan. Kami memiliki hak untuk tidak tersakiti, dan kami memiliki hak untuk tidak diganggu. Tapi hidup sebagai sebuah negara dengan peran dan kontribusi nyata yang harus diberikan untuk dunia.

Imperialisme belum mati. Orang terkadang berkata, "Imperialisme dan kolonialisme sudah mati." Tidak, imperialisme belum mati. Ia sedang sekarat. Ya, gelombang sejarah sedang menyapu dan merusak fondasinya. Ya, kemenangan kemerdekaan dan nasionalisme akan abadi. Dan perhatikan kata-kata saya dengan baik, imperialisme yang sekarat itu pun masih berbahaya. Sama berbahayanya dengan harimau yang terluka di tengah hutan tropis.

Saya memberi tahu anda, dan berbicara untuk saudara-saudara saya di Asia dan Afrika sekarang ini. Bahwa perjuangan meraih kemerdekaan adalah selalu adil dan dibenarkan. Mereka yang menolak eksistensi perjuangan meraih kemerdekaan nasional dan penentuan nasib sendiri, adalah buta. Mereka yang berusaha membalikkan kenyataan yang tidak dapat diubah, sangatlah berbahaya bagi diri mereka sendiri dan dunia.

Sampai pada fakta-fakta ini, yaitu fakta-fakta yang diakui, tidak akan ada perdamaian di dunia ini, dan ketegangan tidak akan berkurang, maka, saya meminta anda untuk menempatkan otoritas dan kekuatan moral di organisasi ini, di belakang mereka yang berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan.

Lakukan itu dengan jelas, lakukan itu dengan tegas, dan anda akan mendapatkan dukungan yang penuh dan tulus dari semua orang yang berniat baik. Lakukan itu sekarang, dan generasi mendatang akan berterimakasih kepada anda. Saya menghimbau kepada anda semua para anggota PBB, bergeraklah mengikuti arus sejarah, dan jangan coba-coba untuk membendung arus.

Selanjutnya adalah masalah pengujian, pengujian senjata-senjata itu. Saya tahu bahwa ada ketidaksepakatan ilmiah tentang dampak genetik dari tes tersebut. Ketidaksepakatan itu, bagaimanapun, ialah dalam hal jumlah yang terpengaruh. Telah disepakati, bahwa ada dampak genetik jahat yang pernah dilihat oleh mereka yang mengizinkan pengujian itu. Dan hasil dari apa yang mereka lakukan, apakah mereka tidak membandingkannya dengan anak mereka sendiri saat memikirkan hasil pengujian itu.

Saat ini, pengujian senjata nuklir telah ditangguhkan. Tidak, asal anda ketahui, tidak dilarang. Namun hanya ditangguhkan. Kalau begitu, biarkan fakta itu menjadi permulaan. Biarkan fakta itu menjadi dasar pelarangan pengujian nuklir, dan kemudian perlucutan senjata yang nyata.

Sebelum meninggalkan topik tentang persenjataan ini, saya harus membuat satu komentar lagi. Berbicara tentang perlucutan senjata, itu bagus. Serius untuk mencoba membuat perjanjian perlucutan senjata, itu akan lebih baik. Yang terbaik dari semuanya adalah kesepakatan dan implementasi dari proses perlucutan senjata ini.

Bagaimanapun, mari mencoba untuk realistis Bahkan penerapan perjanjian perlucutan senjata tidak akan menjamin perdamaian dunia secara mutlak.

Perdamaian hanya akan datang jika penyebab dari ketegangan dan konflik dihilangkan. Ketika penyebab konflik masih ada, maka mereka akan bertarung dengan bambu runcing, jika mereka tidak memiliki senjata lain. Saya tahu, karena bangsa saya sendiri melakukan hal itu, selama Revolusi Kemerdekaan. Saat itu kita bertempur hanya dengan pisau dan bambu runcing. Untuk menciptakan perdamaian, kita harus menghilangkan penyebab ketegangan dan konflik. Itulah sebabnya saya berbicara dari lubuk hati terdalam, tentang perlunya kerja sama untuk mewujudkan akhir dari imperialisme.

Di mana ada imperialisme, dan di mana ada angkatan bersenjata secara bersamaan, maka posisinya memang berbahaya. Sekali lagi, saya berbicara dari pengalaman, yaitu seperti situasi di Irian (Papua) Barat, keadaan di seperlima wilayah nasional kita yang masih berada di bawah imperialisme.

Di sana, di Irian Barat, kami menghadapi imperialisme. Terhadap angkatan bersenjata kekuatan imperialisme yang berada wilayah itu, prajurit kami senantiasa bermanuver baik dari darat maupun laut. Kedua pasukan itu selalu saling berhadapan, dan saya beri tahu anda, itu adalah situasi yang menegangkan.

Baru-baru ini, pasukan muda mereka (Belanda) yang tak terorganisir berada di Irian Barat. Berusaha menegaskan klaim ketinggalan zaman mereka, bersama sebuah kapal induk HNLMS Karel Doorman, dari tanah air mereka yang jauh. Saya beri tahu anda bahwa situasi saat itu adalah sangat berbahaya.

Saya katakan dengan sangat serius bahwa situasi di Irian Barat ialah situasi yang berbahaya. Situasi eksplosif tersebut merupakan penyebab ketegangan, dan merupakan ancaman bagi perdamaian. Jenderal Nasution tidak bertanggung jawab untuk itu, tentara kita tidak bertanggung jawab untuk itu. Sukarno tidak bertanggung jawab untuk itu, Indonesia tidak bertanggung jawab untuk itu. Ancaman perdamaian muncul dari keberadaan kolonialisme dan imperialisme.

Singkirkan batasan dalam kebebasan dan emansipasi, maka ancaman kedamaian pun hilang. Berantas imperialisme, dan dunia akan menjadi tempat yang lebih bersih, tempat yang lebih baik, tempat yang lebih aman.

Bangun dunia yang sesuai untuk impian dan cita-cita kemanusiaan. Sekarang, beranjaklah dari masa lalu, karena hari telah menyingsing. Bangkitlah dari masa lalu, sehingga kita dapat menyongsong masa depan. Saya berdoa, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan membimbing majelis ini.

Saya berterima kasih kepada anda semua