Halaman:Warisan Seorang Pangeran 03.pdf/60

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

bahwa ia pergoki mereka itu. Oleh karena ia pertjaja, orang itu bakal kembali, ia lantas bertindak. Dengan suara pelahan, ia panggil keledainja. Kepada binatang itu, jang berpaling, ia beri tanda dengan menggerakkan kedua tangannja, agar binatang itu sembunji ditempat terlebih dalam didalam hutan itu, Setelah binatang itu bertindak pergi, ia sendiri keluar dari tempat sembunjinja, untuk berlompat naik keatas pohon. Ia tjari tjabang jang paling tinggi. Disitu ia berdiam dengan matanja memandang kearah dari mana dua orang tadi datang.

Nona ini tak usah menantikan terlalu lama. Segera terlihat datangnja serombongan penunggang kuda, terdiri dari lima atau enam orang. Jang terdepan seorang dengan djidat djantuk dan hidung bengkung, tubuhnja besar seperti tubuh orang hutan, dibebokongnja tergendol sebatang pedang. Dialah Houwyan Pa, Tong San Siang Koay jang nomor satu.

Orang jang berada dibelakang Siluman pertama dari Tong San ini, jang bertubuh tinggi enam kaki, mukanja berewokan dan bengis romannja, Goat Hoa tidak mengenalinja.

Rombongan itu berhenti dimuka rimba, Houwyan Pa bitjara dengan dua orang, ialah si Lao Kiong dan kawannja jang tadi, Mereka bitjara seperti berselisih. Sebentar sadja, Houwyan Pa sudah larikan kudanja madju.

Untuk sedjenak, Goat Hoa ingin muntjul dari tempatnja sembunji, untuk memegat mereka guna memberi pendjelasan, Akan tetapi waktu ia ingat orang itu mestinja mengandung maksud bermusuhan, ia ubah pikirannja. Ia tidak sudi bertempur ditempat terbuka seperti itu. Ia menunggu sampai orang sudah pergi djauh, baru ia lompat turun dari atas pohon. Ia panggil keledainja, naik atas punggungnja, lalu pun meneruskan perdjalanannja.

Keledai itu mengerti, dia lantas berlari keras, Sesudah lari sekira tiga lie, dia memasuki sebuah kampung dimana tjuma ada belasan rumah penduduk.

Goat Hoa sedang memikir mentjari salah satu rumah, untuk singgah, atau dari tepi djalan, dimana ada sebuah sumur, seorang jang tangannja menenteng tahang air, sudah lantas lari menghampirinja.

„Nona, apakah nona she Sim?" tanjanja.

Goat Hoa heran djuga, maka seraja menahan keledainja, ia awasi orang desa itu, Sjukur sinona pandai memegang kendali.

181