Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/31

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

pakai golok peranti potong kerbau. Maka untuk tjuma mengantarkan satu nona, dengan pesalinnja berharga hanja beberapa ribu tail perak, kau suruh aku sadja jang berangkat !“

Murid ini insjaf, tidak dapat ia mentjegah, maka ia ingin mentjegah gurunja turun tangan sendiri.

Mendengar itu, In Soeya meng-geleng² kepalanja. Ia terus tertawa.

„Benar²“, piauwsoe muda ini pandjang sekali pikirannja! katanja. „Memang ini hanja urusan ketjil sekali. Djikalau karena kedjadian ini Tjongpiauwtauw, karam perahunja didalam solokan, sungguh tidak dapat aku bertanggungdjawab! Baik, baiklah, mari kita turut pikiran piauwsoe muda ini! Untuk aku, aku tidak ambil peduli piauwsoe jang mana jang suka bertjape-lelah. Dengan orang lain jang pergi mengantar, nama besarmu itu, Tjongpiauwtauw, djadi dapat dilindungi!“

Kata² itu mengandung dua fealeud- th Soeya keluarkan kata² itu karena ia pertjaja betul, piauwsoe she Tjian itu harus dibuat mendongkol dan murka, untuk membakar hatinja. Dengan begitu, akan dapat ditjegah Boe Djin Tjoen jang nanti pergi mengantar.

Dan betul sadja, Tjian Tjeng Loen Kena dipermainkan. Dengan mata melotot, ia pandang muridnja.

„Botjah, kenapa kau pandang gurumu begini tidak berharga?“ ia menegur. A„pakah kau hendak menakut²i gurumu ? Kau ngelindur!“.

Melihat guru itu kumat adatnja, Djin Tjoen tutup mulut.

Sebaliknja bukan main gembiranja In Soeya jang telah berhasil maksud hatinja.

„Bagus, Tjongpiauwtauw!“ katanja. „Kau memang gagah, tidak nanti kau tarik pulang kata²mu!“

Nasi sudah mendjadi bubur, tidak dapat Djin Tjoen berbuat apa² lagi, Meski begitu, diwaktu ada kesempatannja, jaitu selagi berada berduaan sadja dengan gurunja itu, ia toh mentjoba menjadarkan sang guru bahwa urusan ini terlalu mentjurigakan, bahwa In Soeya mestinja main gila. Seseorang jang benar² mengundang piauwsoe, tidak nanti omong putar-balik begitu rupa.

„Maka itu harap soehoe berlaku hati?, apevienn Sampai kita tertipu“, murid ini berkata achirnja.

Setelah tenang pikirannja, Tjeng Loen bisa djuga berpikir. Biar bagaimana, ia adalah seorang piauwsoe dengan banjak pengalaman.

28