Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/196

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

196

nasibmoe itoelah jang meremoekkan hatikoe, oentoengmoe itoelah jang meredamkan pikirankoe. Apakah djadinja dengan kau dibelakang hari, bila engkau soedah toea dan jang diingini toean itoe dalam badanmoe tiada lagi, ja apakah djadinja dengan engkau? O, Doénia jang berboedi, tiadakah dapat nasib seorang perempoean piatoe melemboetkan hatimoe. O, Doenia.........,kemalaratan seorang bangsa lemah, kemalaratan jang disebabkan, tiadalah dapat dia lagi menggerakkan dan membangoenkan kamoeliaan katimoe. Boedinja, hormatnja, setianja, badannja, semoea diserahkannja bagimoe., Beloemlah tjoekoep sekaliannja itoe menerbitkan kasih sajang bagimoe akan dia. O, Doenia, dimanakah hiba kasihanmoe dimanakah perasaanmoe jang adil, dimanakah keterima kasihanmoe?

Keperloean dirimoe jang rendah itoe sahadjakah jang engkau perdoelikan, tinggalkah engkau selama-lamanja sebengis itoe.”

Perkataan iboekoe itoe tiada pernah hilang dari peringatankoe, dan saja selaloe menjampaikan dia pada kenalan saja orang miskin jang banjak itoe. Perkataan itoe tiada sampai dilingkoengan orang tinggi, karena meréka itoe djaoeh tinggi dikepala kita. Perkataan jang dikeloearkan iboekoe itoe adalah perkataan dari seorang manoesia jang hatinja berloemoer darah, darah jang memantjar