Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/524

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 1085 —


saät itoe hatinja Hok Tjoen djadi mendongkol dan sanget gemes.

„Sasoenggoenja orang prempoean gelo sekali kaloe tiada bisa setoedjoe dengen roepa dan kapinterankoe, jang tiada haroes dibilang dielek dan tjetek, seperti kelakoeannja Bong Loan, „katanja lagi. „Ini nona kaliatan begitoe djinek, tentoe akoe poenja djodo; djika akoe bisa djadi swami-istri, besarlah rasanja akoe poenja rasa beroentoeng."

Begitoelah sembari djalan ini orang moeda sembari berpikir, sampe achirnja itoe kandaran brenti di depan satoe roema besar jang terletak di Hap-Ho Po. Hok Tjoen berdiri tiada djaoe di tempat mana itoe nona dan orang toea toeroen dari kandaran; itoe lelaki toea masoek lebi doeloe dan itoe nona blakangan, tempo maoe masoek ia berpaling pada Hok Tjoen sambil tersenjoem, sedeng tangannja menoendjoek ka sebla kalen.

Hok Tjoen mengarti dan laloe tjepet menoedjoe ka tempat jang dioendjoek, blon brapa tindak ia berpapasan sama saorang lelaki toea dengen menoentoen anak lelaki jang masi ketjil. Orang ini roepanja baroe poelang dari keramean di Gak Ong Bio.

„Lotiang, apa akoe boleh tanja ini roema siapa?" menanja Hok Tjoen sembari membri hormat pada itoe orang toea.