Halaman:Tjerita Ko Teng Tjan.pdf/305

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 866 —


„Tabib akoe soeda panggil toch penjakitnya boekan djadi baek hanya djadi bertamba berat.” kata Soen Nio. „Tabib terangken ademoe poenja sakit sebab banjak djengkel; dan ini tiada saja kerna sakitnja ini berhoeboeng sama pikirin ajahnja."

„Soeda, ini hal Hoedjin teroesa boeat pikiran," kata The Koen, „akoe ada simpen obat jang moestadjab, jang tentoe aken bikin Siotjia poenja penjakit djadi semboe."

The Koen sigra kaloearken tjoepoe-tjoepoenja kaloerken satoe pil, jang sebagimana biasa laloe diantjoerin pake aer dan teroes dikasi minoem pada Ko Siotjia Kombali di sini itoe obat telah, oendjoek kemandjoerannja jang mengheranke; boleh dibilang Siotjia soeda mati, tapi satelah obat itoe masoek di moeloetnja ia lantas bisa bergerak, plahan-plahan melekin matanja dan pandang semoea orang dengen roepa heran.

„Oh, Hengtiang, kau soeda poelang?" kata Bong Loan koetika liat Hok Tjoen ada di sitoe:

„Dan apa kabar dengen hainja ajahkoe?"

„Senangken hatimoe, Hian-moaij,” saoet ini pamoeda doerhaka, jang laloe bri taoe perkara apa soeda terdjadi. Bong Loan kaliatan senangan djoega koetika denger begitoe, ia laloe membilang trima kasi pada Hok Tjoen ales ta poenja pertoeloengan.