Halaman:Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998.pdf/84

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Lampiran

yang berarti untuk menghentikan teror ancaman ini. Kalau tidak, jangan salahkan jika para warga biasa dan komunitas internasional makin punya keyakinan bahwa instansi-instansi keamanan di negeri ini tak punya nyali, merestui atau bahkan telah menjadi bagian dari jaringan teror dan ancaman itu sendiri. Perlu Anda ketahui bahwa sampai tanggal 3 Juli 1998, perkosaan dengan modus operandi yang persis sama dengan tindak perkosaan massal di seputar kerusuhan itu masih berlangsung. Masih berlangsungnya perkosaan dengan modus operandi yang sama nampak jelas menjadi bagian dari teror dan ancaman itu sendiri.

Entah mereka yang disebut sebagai para penjaga keamanan itu akan membantu atau tidak, kita para warga akan meneruskan dan memperluas usaha kita untuk saling melindungi satu sama lain dalam jerih payah membantu para korban perkosaan massal itu. Kepada para pengusaha dan manajer, para professional kota dan buruh, para dokter dan perawat, para intelektual dan aktivis, usaha kita ke arah ini adalah langkah yang paling nyata dari kerinduan kita bagi terbentuknya apa yang secara muluk sering kita sebut sebagi ‘masyarkat madani’, (Civil society). Jantung dari civil society ialah civility (keberadaban), dan peristiwa perkosaan massal dengan cara-cara yang biadab, sistematis dan terorganisir itu telah menjadi negasi dan usaha penghancuran total terhadap ‘keberadaban’, jantung dari civil society.

3. Kematian dan Kebangkitan Hidup Bersama

Setiap teror dan ancaman terhadap usaha membanru para korban adalah bentuk membenarkan perkosaan sebagai cara absah untuk mengejar kepentingan politik dalam hidup bersama kita. Maka teror dan ancaman itu adalah usaha membenarkan apa yang ‘tidak baik’ sebagai ‘baik’ dan apa yang ‘biadab’ sebagai ‘beradab’. Dengan demikian terjadilah penghancuran terhadap perbedaan antara apa yang ‘baik’ dan ‘tidak baik’, antar apa yang ‘biadab’ dan’ beradab’, dalam hidup bersama. Kalau ambisi dan kepentingan politik di negeri ini telah membenarkan kekaburan perbedaan antara ‘biadab’ dan ‘beradab’, maka harus lugas dikatakan bahwa ‘politik’, sebagaimana dipraktekkan di negeri ini, merupakan kegiatan yang paling rendah dan hewani. Kekaburan antara apa yang ‘biadab’ dan ‘beradab’ itu juga sudah begitu cepat merasuk ke dalam hidup seharian kita:

77