Halaman:Temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa Kerusuhan Mei 1998.pdf/77

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca
Seri Dokumen Kunci


2.Modus Operansi Perkosaan Massal

Seperti sudah disebut, peristiwa perkosaan massal itu terjadi dalam rentetan peristiwa kerusuhan, pengrusakan dan pembakaran. Dan perkosaan massal itu punya pola cara yang sangat mirip dengan pola modus operandi sistematis dan terorganisir yang dipakai dalam pengrusakan dan pembakaran. Pada hampir semua kasus, kedekatan yang sangat kuat antara cara pengrusakan dan perkosaan massal mengisyaratkan bahwa kedua peristiwa itu terjalin sebagai satuan kejadian:

“Sekelompok orang tak dikenal memasuki ruko korban dan menjarah barang-barang, Sebagian lainnya menelanjangi R dan memaksanya menyaksikan kedua adiknya diperkosa. Setelah diperkosa, kedua gadis itu dilempar ke lantai bawah yang sudah mulai terbakar. Kedua gadis itu mati, sedang R berhasil selamat karena ada yang menolong” (cerita keluarga korban R, L, M, peristiwa 14 Mei 1998).

Sifat massal dari perkosaan itu juga bisa dikenali pada begitu banyak peristiwa perkosaan dan pelecehan seksual, seperti nampak dalam salah satu kisah berikut ini:

“Ketika ada di rumah, puluhan pemuda tak dikenal berpakaian lusuh dan berwajah dingin menyerbu rumah korban dan menjarah. Delapan orang di antaranya menyeret. Melucuti pakaian dan memperkosa korban selama dua jam” (Cerita sahabat korban L, peristiwa 14 Mei 1998).

Sebagaimana kami tunjukkan dalam ‘Dokumentasi Awal No.2’, para pelaku peristiwa itu datang dari tempat yang tak dikenal, dan bisa dibedakan dari warga setempat. Pada beberapa kasus, korban lolos dari perkosaan massal justru karena diselamatkan oleh warga setempat:

“Diantara 4 pemuda yang naik motor, ada yang berteriak, ‘pisahkan cewek-ceweknya dan bawa ke sekolahan’. Korban lolos dari usaha perkosaan karena ditolong warga setempat” (Cerita L & L, peristiwa 13 Mei 1998).

70