dua orang anak, menggambarkan kasih sayang.
Hampir di setiap desa di daerah Batak Toba terdapat patung dan monumen. Di desa lainnya seperti di daerah Simalungun. Dairi, Karo, Angkola Mandailing, dan Nias, agak jarang jika dibandingkan dengan di daerah Batak Toba. Kemungkinan disebabkan oleh biaya pembangunan sebuah patung/monumen terlalu mahal. Berlainan halnya dengan suku Batak Toba, mendirikan patung/monumen sebagai penghormatan terhadap nenek moyang adalah menjadi kewajiban bagi setiap keturunannya dan sudah menjadi suatu kebudayaan bagi suku Batak Toba umumnya. Hal ini sejalan dengan apa yang ditulis oleh Batara Sangti (Ompu Buntilan) lewat bukunya (Sejarah Batak):
" ... untuk menghormati ibu-bapak, telah menjadi kebudayaan tinggi suku Batak sejak dahulu kala hingga kini, baik di waktu hidup maupun setelah mati".6)
––––––––––––––––––––––––
6). Batara Shangti (Ompu Buntilan) op. cit, hal. 14 lampiran III.
43