Halaman:Seni Patung Batak dan Nias.pdf/188

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Kembali berbicara tentang seni patung. Kalau kita perhatikan bentuknya (seni patung Nias) sebagai peninggalan kebudayaan me­galit kelihatannya tidak lebih sebagai segumpal batu yang ditatah dalam bentuk relief (seni dua demensional) justru keutuhan bentuk batunya masih jelas kelihatan. Kendatipun demikian dari sudut gaya patung-patung Nias peninggalan kultur megalit tampak dinamis ekspresif magis. Berbicara tentang kebudayaan megalit oleh sarja­na Barat kenamaan Heine Geldem membaginya atas dua masa (pe­ riode).

Demikian pula halnya dengan kebudayan megalit yang terdapat di daerah Nias.

Kebudayaan megalit pertama ditandai dengan menhir dan dol­ men seperti ilustrasi yang diterakan pada bab ini. Kebudayaan me­galit kedua ditandai pula dengan area-area batu yang banyak terda­pat di desa Bronadu, Orahili di Keeamatan Gomo dan desa Bawoma­taluo, Hilisimatano di kecamatan Teluk Dalam.

Pada masa sejarah, pertumbuhan seni patung Nias tampak le­bih maju kaya dengan corak dan gaya, terlebih setelah mereka me­ngenal alat-alat praktis yang dibutuhkan dalam mengolah bahan batu dan kayu.

Pengaruh alat terhadap bentuk yang terdapat pada seni patung Nias jelas oleh kebiasaan pemahatnya ditujukan kepada bentuk (ga­ya) tentang karakter seorang raja sedemikian rupa untuk dipuja dan dihormati, disamping kebutuhan praktis "applied art " seperti pa­tung-patung yang dibuat sebagai penyanggah tiang, yang kita temu­kan di desa Orahili dan Bawomataluo. Melihat media bahan dengan alat yang dipakai (pisau, parang) terdapat hbungan yang akrab, dan dari hasil-hasil maksimal yang dieapai dapat kita lihat pada contoh ilustrasi di bawah ini.

179