Halaman:Pembalesannja Kawanan Liang San atawa Koempoelan Orang-orang Gaga jang djadi Satroenja Kawanan Dorna v. 02.pdf/108

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 108 —

Tjian Hoedjin tida bisa berboeat laen dari pada menangis segak-segoek Sedeng soeaminja seselin diri sendiri, mengapa dengen begitoe gampang ia maoe dengerin sadja moeloetnja itoe tetamoe.

Ah, tjoba kaloe ia oesah toeroet bitjaranja Kwe Keng. maski sakit-sakit toch itoe anak masi ada di roema. Kendati pikiran ja tida beres, toch mending djoega ada jang diliat-liat. Tapi sekarang?, sekarang apa jang maoe diliat, bajangannja poen tida ada.

Lantaran itoe, Tjian Hoangwe djadi gemes dan bentji pada Kwe Keng, hingga ia tida perdoeliken lagi pada itoe tetamoe.

Brapa besar kadoekahan jang menghinggapi itoe laki istri, inilah dengen kalam tida bisa diloekis dengen terang. Dan soepaja pembatja djoega tida oesah tatoeroetan doeka boeat memikiri itoe, baeklah kita tinggalken sadja ini orang toea dan mari liat si sombong itoe.

Pada waktoe hari moelai terang tana, Kwe Keng poen telah tersedar dari pangsannja. la bangoen dari tempatnja terletak dengen badan merasa amat sakit, sedeng tida taoe lantaran apa maka diri djadi begitoe.

„He, he, akoe mengapatah?” tanja ia pada pengikoetnja jang ada berdiri tida djaoe dari sitoe.

„Apa Siangkong tida inget?” demikianlah si pengikoet balik menanja.