Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 04.pdf/169

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1795

Satelah iboenja mendengar soewara anaknja menangis itoe, maka laloe terkadjoet serta menanja: apa sebab orang meratap ratap itoe?

Maka sahoet anaknja sekalijan, bahoewa soedara hamba itoe adalah orang mengataken telahi mati di boenoeh orang.

Satelah iboenja medengar kata itoe, maka laloe pangsan tida chabarken dirinja, serta ija toeroet menangis jang amat sangat itoe.

Satelah soedagar melihat hal anak istrinja itoe maka laloe berkata: Hai orang moeda? djkaloe angkau tida mengataken siapa jang memboenoeh anakoe itoe, bahoewasanja angkaulah jang akoe tangkepken, kernanja angkaulah djoega jang mengataken itoe, dan sekarang djikaloe boekan angkau jang memboenoeh dia, mengapa angkau ketahwi jang ija mati.

Maka Indra Maulana Askandar Sjah palsoe poen gemeterlah segala anggautanja. serta keta koetan maka pikir Indra Maulana: djikaloe demikian baeklah akoe ini mengataken jang memboenoeh dia, tetapi barang hoekoemnja dan sijasatnja akoe toeroet, tetapi biarlah di badepan hakim sekali akoe mengataken rahsija ini, sompaja akoe mengakoe jang akoe anak radja besar soepaja akoe di kirimnja pada. negrikoe sendiri di sanalah bahroe akoe membeles poela seperti orang ini, serta katanja: Hai soedagar! barang hoekoemoe dan kehandakmoe, dan akoe toeroet barang di mana hoekoem radja, baeklah besok hari kita mengadep radja.

Soltan Taboerat

207