Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 03.pdf/444

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1510


poelang, dan djikaloe ia tida maoe poelang djangan terlaloe di paksa, takoet akoe kaloe kaloe ia mareh nistjaja dateng binasa atas anakoe, maka sebrapa boleh angkau boedjoek sadja dengan perlahan.

Sahsoedanja itoe Djami Djami poen sigra bermoehoen serta pergi kelocar boekit itoe, teroes menoedjoeh kedalem hoetan dengan sendjatanja.

Satelah sampai kedalem hoetan itoe, maka di lihat pada peohoen biraksa itoe terlaloe amat banjak boeroeng, maka laloe di hampirnja, serta pikirnja mengapa boeroeng itoe sanget sekali banjak pada poehoen ini, laloe di hampirnja, maka betoel di lihatnja mait soedaranja itoe telah mati terpanah sama tengah dadanja serta teroes kebalakang, maka Djami Djami poen mendjadi sanget terkedjoet melihat mai soedaranja itoe, serta menangis laloe pangsan tida chabarken dirinja lagi„ katanja: wai kakanda kita. kita ini bersoedara hanja doewa oerang djoega tida ada tiga dan ampat lagi dan djikaloe demikian back lah akoe boenoeh kepada Indra Maulana Askandar Sjah, kerna tida ada lain orang lagi jang ampoenja perboeatan, kelak diikaloe akoe bisa bertemoe kepadanja akoe balesken kematian soedara koe ini, maka inilah tandanja satoe pekerdjaan anak kedjadian dari pada orang gila, demikianlah pekertinja, maka djikaloe demikianlagi di balesken angkau, bahoewa akoe ini sahdjanja ketahwi jang angkau anaknja Soeltan Toral