Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 03.pdf/160

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

1136

kita berlindoeng den tempat kita melipoerken hati, den sekarang apalah goenanja astana beta, den lagi segala tanem taneman beta, seperti boengah tandjoeng den kembang aer mawar soeda habis mati, ada jang hidoep habis di makan binatang den apakah goenanja kita masoek kedalem taman lagi, boengah poen tida kembang poen tida, den djikaloe seperti dahoeloe kembang poen sedang banjaknja, den boewah boewahan poen banjak, den boeroeng jang mana jang tida soeka hingkap kesana, maka sekarang taman poen tida ada goenanja lagi.

Satelah itoe maka sjahbanda kedoewanja sjahbandi poen kemaloe maloewan, mendenger kata toewan poetri itoe, den anak radja djangan di kata lagi, seperti garem di laoet madoe rasanja mendenger moeloet istrinja, serta dateng hampir istrinja kedoewa serta di peloeknja den di tjijoemnja pipi istrinja jang kanan kedoewanja serta katanja: moeloet ini seperti boleh memindjem, djikaloe mengeloewarken kata sehabis habis soeka hatinja.

Satelah itoe maka toewan poetri kedoewa poen memeloek leheer anak radja, den jang moeda poen memeloek pinggang anak radja itoe, serta doedoek berdjedjer toean poetri Mahroem sari sebelah kanan, den poetri Mahroem siti sebelah kiri, den sjahbanda poen masoek dengen maloenja, serta soedjoed pada kaki baginda den kaki toewan poetri itoe, serta doedoeklah ia dengen manis moekanja.