Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/341

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

820

ken kepada ajahanda boenda, nistjaja tijada di beri sebab kita anak perempoean, den lagi nistjaja di beri taoe pada orang negri, maka mendjadi segala isi negri mendjaga kita, nistjaja kita tida dapet keloear den sekarang apalah bitjara toean-toean.

Maka sembah dajang kedoewa, djikaloe demikijan baeklah hamba mangikoet, kerna djikaloe hamba tinggal, nistjaja habislah mati di boenoenja hamba oleh ajahanda boenda toean, sebab hamba kedoewa ini jang terlebih hampir kepada toeankoe, den djikaloe pada pikir beta sepatoetnja toeankoe mati beta mengikoet bersama sama.

Satelah toean poetri mendenger kata hamba hambanja itoe, maka mendjadi terlaloe amat soeka hatinja, serta katanja: Hai dajang-dajang kedoewa, apakah akal kita soepaja djangan di kenal oleh orang dalem negri ini.

Maka sahoetnja, antalah bamba kedoewa ini tida mampoenjai akal sekali-kali, mana djoega akal toeankoe hamba ini djoendjoeng.

Maka sahoet toean poetri, djikaloe demikijan baeklah kita ini memake tjara laki laki jang seperti perdjoerid, den angkau memake pakejan hoeloe balang.

Maka sembahnja baeklah patek menoeroet djoega, apa barang titah toeankoe ini.

Satelah itoe maka toean poetri memake pakejan soewaminja seperti laki-laki, serta bersendjata pedang den toembak panah dengen parsinja, maka berbagi-bagi sendjata di pakenja, den dajang