Halaman:Hikajat Soeltan Taboerat 02.pdf/299

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

778

Serta itoe maka toewan poetri melihat iboenja menangis, den soedaranja menangis, maka laloe ija djadi toeroet menangis.

Serta katanja: wai ajahanda boenda soedalah djangan menangis apalah handak di kata, tetapi sekarang ini kerna telah djandji den toelisan apalah hendak dikata, bijarlah seboleh boleh ajahanda kataken kepada segala anak anak radja radja itoe, manalah barang ka hendak hatinja, tetapi dari pada hal hamba ini, tijadalah hamba maoe djoemie lagi laen dari pada soewami hamba, kerna hamba telah bersoempah tidalah hamba bersoewami laen dari pada Indra Boeganda aspandar Sah, den dari pada hal demikijan baeklah kelak pada besok hari bijarlah hamba keloear berperang kepada segala anak radja radja, maka di sanalah ajahenda djikaloe telah mati ananda, maka di sanalah sampe kahendaknja radja radja itoe.

Adapoen maka setelah baginda mendenger kata anaknja, maka hatinja poen bertambah tambah mesgoelnja, kerna boekan lawanannja seorang perempoean itoe berperang kepada laki laki, maka kata baginda: Ja anakoe toean berperang bijar ajahenda keloear melawan segala anak radja tradja itoe, dengen segala mantri hoeloe balang Ta‘djir ini.

Maka sembah toean poetri, ja ajahkoe tida mengapa, bijarlah ananda memake tjara laki laki, den djikaloe ajahkoetakoet hamba tertangkep oleh segala anak radja radja, maka