— 1928 —
berdjalan-djalan sembari pelok-pelokan ka pinggir laoet.
Valentine tjerita sama Maxmiliaan begimana Monte Christo dateng masoek ka dalem kamarnja, begimana Graaf angkat toetoepan rasia itoe sampe semoewa djadi terang dan bagimana Monte Christo soedah reboet padanja dari pada kematian, sedang antero doenia kira soengoeh ijang Valentine mati.
Dia orang soedah sampe di moeloet gowa dan tempo dia orang berdjalan kaloewar. Langit masih goerem-goerem sedikit. satoe doewa bintang masih kaliatan, tetapi soeda moelai siang.
Maka Maximiliaan dapet liat satoe orang bediri di mana blakang batoe-batoe karang, seperti orang menanti aken di panggil. Maximiliaan oendjoekin itoe orang pada Valentine. Maka katanja Valentine: „O, dia itoe Jacopo, kapitein dari kapal lajar,“ sembari berkata begitoe, maka Valentine panggil padanja.
„Apa kaoe misti bilang apa-apa sama kita orang?” bertanjalah Maximiliaan?”
Djawabnja: „Saja misti bawain ini soerat dari toewan Graaf pada toewan”.
„Dari Graaf?”"berkata Valentine dan Maximiliaan dengan pelahan-pelahan dan dengan kaget.
„Ia batja.”
Maximiliaan boeka itoe soerat laloe di batjanja:
„Maximiliaan ijang tertjinta!”
„Di pelaboewan soeda ada bersedia satoe kapal kroewis. Jacopo, ijang nanti bawa padamoe pegi ka Livorno, di mana toewan Noirtier menantiken dateng dia poenja tjoetjoe, ijang dia maoe kasi selamat dari memberiken berkatnja, sabelon-
