126
TJERITA ROMAN
Bwee!” kata Tek Bie dan pandeng moekanja Bwee Hoa dengen penoeh pengharepan.
„Tjinta?” kata Bwee Hoa dengen bersenjoem, tapi dengen mata mengembang, „oh, djanganlah seboet lagi itoe perkata'an jang terlaloe moeloek dan terlaloe soetji artinja, satoe perkata'an jang tida dapet dioetjapken dalem roemah sebagi ini. Di sini tida ada tjinta tida ada perasa'an, di sini melaenken ada soeal djoeal beli. Dan diri saja boeat ini malem soedah ada jang pesen, sebentar orangnja tentoe dateng di sini, itoe orang ada kapitan Be Goat Soe!”
Tek Bie denger itoe nama seperti gledek berboenji di deket koepingnja.
„Bwe, kloearlah dari ini roemah, ikoetlah pada engko dan engko nanti toeroetin segala kaoepoenja kemaoean, tapi boekan penghidoepan begini, Bwee.”
Tek Bie tida bisa landjoetken omongannja, kerna Bwee Hoa soedah memotong dengen berkata:
„Dan saja moesti djadi engko poenja bini moeda jang kaoe tempo-tempo boleh tengokin, sebagi barang sesamben, sebagi mengilangken waktoe iseng-iseng? Tida, engko, di sini saja lebih merdika. Berlaloe dan djanganlah dateng lagi di sini, ini ada saja poenja perminta'an jang penga-