82
TJILIK ROMAN'S
nanti djalankan segala rol jang akan dibawa oleh Aida. . . . . .“ kata Jeanne.
Kim-seng sekarang tertawa. Rupanja ia hendak main-komedie dalam komedienja. . . . . .
Ia tjoba bikin dirinja seperti satu Arek-Surabaja sebagaimana digambarkan oleh Kang-hoo.
„Oh, djika demikian, mengapa kau tidak berikan saja satu tjiuman. . . . . .?“ menanjak Kim-seng dengan tidak sungkan-sungkan, karena rupanja sudah kepalang. . . . . .
„Pardon, tidak ada prempuan datang tjium djantan. . . . . .“ kata Jeanne dengan angku. . . . . . „Kau tentu mengarti, Aida bukan perempuan jang. . . . . . murah“.
„Kalau begitu djantan akan datang tjium perempuan. . . . . .“ katanja Kim-seng jang lalu menghampiri. . . . . .
Jeanne tidak lari, dan tidak kelihatan djeri. . . . . .
Sudah kepalang Kim-seng madju.
Sudah kepalang Kim-seng menjerbu. Mundur lagi tentu, ia tidak mau. Sekali madju tetap madju, dan. . . . . . harus Vini Vide Vici.
Kim-seng pelok dan tjium Jeanne dengan tjara brandal. . . . . .
Jeanne manda tetapi tidak membalas. . . . . .
„Belum perfect. . . . . .“ kata Kim-seng. „Kau tidak membalas tjiumku, sebagai kekasihku, atau wakil kekasihku jang datang dalam djarak djauh, terbang dari Surabaja ke Makassar. . . . . .“.
Jeanne dengan tenang, tidak senjum tidak ketawa, tatkala ia berkata. „Saja tidak pikir, jang kau pernah tjium Aida, atau sedikitnja Aida pernah membalas tjiumanmu. . . . . .“.
„Bagaimana?“ Menanjak Kim-seng, „Saja kurang paham“.
„Djika kau tjium Aida seperti kau tjium wakilnja, saja tidak pikir jang Aida bisa djatoh hati pada-