46
TJILIK ROMAN'S
*
„Ah......” kata Kang-hoo dikala mereka berdjumpa disatu Restaurant di Tundjungan jalah di American Cafetaria. „Rupanja lesuh kawanku, den deman rindu mulai mengadu biru?”
Kim-seng bersenjum. „Djangan tjiptakan impian jang bukan-bukan......”.
Kang-hoo tertawa besar......
„Kau tertawa dalam bukan waktu tertawa” kata Kim-seng jang memprotest......
„Saja tertawakan seorang badut jang ingin bermain drama, atau seorang tragedien hendak membanjol......” kata Kang-hoo......
Kim-seng tidak mendjawab, karena pelajan menghampiri dan mereka pesan setjara iseng², Garnalensla, Croqeutjes dan Vruchten Ice-Cream dengan slagroom......
„Sudah berapa djauh kau madju?” Men„”anjak Kang-hoo jang terus menjerbuh......
„Djangan salah terkah” kata Kim-seng sambil terus menulis dan lalu serahkan palajan ordernja.....
„Saja heran, sungguh heran, seribu heran” kata Kang-hoo, „jang seorang pemalu sebagai kau dapat satu sebutan „The great lover”? Dalam romans kau belaga djadi pendita, kau tidak laku dimata wanita jang hendak mentjari udara-merdeka...... Wanita perlu dikitik-kitik hatinja, pemudi perlu disinggung² perasahannja, perempuan perlu di tjubit² djiwanja dan kalau perlu berlaku sedikit „kurang adjar” dengan tjara main tjolek-tjolek...... atau kalau berani, menjerobot dengan idung......”.
Kim-seng pandang Kang-hoo mulai mengatjo dalam kata-katanja......
„Saja harap kau tidak mabok Ngko Kang-hoo?” kata Kim-seng......