BELATI ITEM
45
membatja di bawah penerangannja lampu listrik, tetapi dengen ketjepetan sebagi kilat, itu orang lalu keluarken satu revolver dari kantong tjelananja dan todongken sendjata api itu di mukanja Ho Song.
Keadahan di djalanan suda sunji, kerna pada waktu itu suda ampir djam 11 malem, tjuma ada bebrapa tukang langtjia (rickshaw) jang berada di tengah djalanan, bebrapa ratus meter djauhnja.
„Djangan bertreak . . . Ho Song . . . kalu kau punja djiwa mau slamet . . . Hajo lekas turut padaku . . .”
Dari tempat gelap muntjul lagi dua orang, djuga ada bersendjata revolver . . . Ternjata marika itu ada kawanan bandit jang sedari lama telah menungguin pulangnja Ho Song, kerna salah satu antaranja tadi telah masuk dalem rumahnja Ho Song, dan dari budjangnja Ho Song, Po Seng, marika dapet keterangan jang Ho Song masih belon pulang.
Ho Song mendjadi sedikit terprandjat, tetapi dengen lekas ia dapet tetepken iapunja hati.
„Apatah jang tuan-tuan mau dari aku?” ia menanja dengen suara sabar. „Baeklah . . . aku suka ikut pada kau orang.”
„Angkat tanganmu keatas . . .” kata salah satu badjingan, „atawa kita nanti sebagi djuga seekor andjing . . .”
Ho Song menurut, ia angkat tangannja keatas . . .
Di pinggir djalanan ada 1 auto jang rupanja ada menunggu di situ, bersedia buat digunaken oleh itu kawanan bandit . . . Marika lalu giring Ho Song naek kedalem itu kandaran. Ho Song lalu ikutin marika, kerna rupanja itu detective suda tida berdaja pula. Auto sigra djuga dilariken dengen keras, serta matanja Ho Song ditutup oleh satu potong kaen, kaki tangannja pun di-iket kentjeng dengen tambang . . .
