16
TJILIK ROMAN'S
meminta banjak tenaga dan uwang . . . tjuma aku sangsi apatah kaum pendjahat ada begitu „goblok” buat menjatronin kau punja Bank tetiron itu . . . . Ho Song? Dan lagi sual rumah djuga ada sanget suker, di manatah kau bisa dapetken tempat jang tjotjok guna kau punja maksud?”
Ho Song tertawa lagi . . . . „Hola . . . . Pauw Long, suda bilang belas taon kau kenal padaku . . . masih sadja kau bersangsi dan tida pertjaja padaku . . . ?”
„Aken tetapi . . .” membantah Pauw Long: „pakerdjahan demikian ada sanget tida menjenangken sekali. . . Begimana djikalu sesungguhnja betul jang kawanan bangsat aken dateng satronin kepadamu, apatah itu bukan membahajaken kau punja djiwa . . . Lebih baek kau djangan tjampur tangan Ho Song, dan biarken sadja polisi berdaja sebisa-bisa marika buat membekuk pada kawanan pendjahat . . . ” kata Pauw Long, sambil kebulken asepnja iapunja sigaret.
„Betul katamu . . . . Pauw Long, aku menghaturken trima kasih buat kau punja perhatian terhadep aku punja keslametan . . . . tjuma sadja sekali aku suda mengambil putusan pasti, aku tida nanti mundur biar apapun djuga bisa mendjadi. Memang aku sengadja atur itu kawanan rampok dateng padaku.”
„Tapi aku masih kuatir buat keslametanmu!”
„Trima kasih . . . sobat baek, kau pertjaja sadja kepadaku, dan kapan aku ada perlu dengen kau punja tenaga, aku nanti wartaken lagi kepadamu . . . .”
„Djam 7 pagi . . . esok aku nanti şamper padamu di sini buat pergi ke Hangchow . . . bukan?”
„Betul . . . sobat, aku tunggu kau punja kedatengan.”
Marika kemudian berpisahan, Pauw Long terus langsung masuk dalem iapunja kantoor di Kuling Road . . . . .
