Halaman:Babad Jaka Tingkir, Babad Pajang.pdf/137

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

ka memilih mati bersama-sama dengan gustinya, Kyai Ageng Pengging Kebokenanga. Tidak mustahil tandangnya bagaikan orang kerasukan setan, Jeng Sunan Kudus segera merobah tongkat wasiatnya yang berujungkan pusaka (cis) ke arah Utara. Wadyabala Pengging - Pajang lari mengejar musuh yang disangkanya ada di sebelah Utara. Mengetahui bahwa wadyabala Pengging - pajang telah berada di sebelah Utara, Jeng Sunan Kudus beserta ketujuh sekabatnya berbalik beijalan ke arah Timur. Namun ketika wadyabala Pengging sudah berada di daerah Utara, tak diketemukan juga musuh-musuhnya. Mereka menyangka hilang sudah musuh-musuh yang tadi jelas tampak oleh mereka, tidak ayal lagi bahwa wadyabala Pengging kecewa dalam hatinya. Lagipula mereka juga meyakini bahwa musuh telah menggunakan daya-upaya mengelabui mereka, apalagi mereka lebih sadar bahwa seseorang tua telah memberikan keterangan bahwasanya itu tadi perbuatan musuh. Mereka sesudahnya mengetahui bahwasanya kena jebak musuh, memutuskan diri untuk kembali ke pangkalan Pengging - Pajang.

Akan halnya Jeng Sunan Kudus dengan ketujuh sakabatnya sampai petang hari mereka berjalan, menjelang waktu mahrib mereka berhenti untuk menjalankan solatnya. Sampai dengan waktu Isa dilanjutkan membaca doa-doa, kecuali juga menjalankan solat sunat dan kamat. Semalaman Jeng Sunan Kudus bersama-sama ketujuh sekabatnya tak tidur,

Semalam penuh mereka memanjatkan doa kehadirat Ilahi, semoga aman dalam perjalanan pulang ke Demak. Bahwa sesungguhnya Jeng Sunan Kudus adalah seorang Waliyullah yang mulia, perwira lagipula paham akan segala ilmu halus dan kasar (agal kalawan lembut).

XXXI. Lagu Asmaradana, 23 bait.
   Baris 1 dari bait ke-1, dan baris 1 dan akhir dari bait ke-23.
   Baris 1 dari bait ke-1;
   Ing bakda subuh lumaris,
   Baris 1 dan akhir dari bait ke-23;
   Ing Wektu Asar kang wanci,

135