Halaman ini tervalidasi
157
Dari butir-butir (97) a sampai dengan e di atas, kata ang dapat dihilangkan seperti ketentuan sudah disebutkan di atas. Kata jan dengan makna larangan dapat ditegaskan dengan menggunakan kata lo 'pula', seperti:
(98) | a. | Jan ang mandi lo. |
jangan-kamu-mandi-pula | ||
'Jangan kamu mandi pula'. | ||
b. | Jan lo ang mandi. | |
jangan-pula-kamu-mandi | ||
'Jangan pula kamu mandi'. | ||
c. | Jan mandi lo. | |
jangan-mandi-pula | ||
'Jangan mandi pula'. | ||
d. | Jan lo mandi. | |
jangan-pula-mandi | ||
'Jangan pula mandi'. | ||
e. | *Jan ang lo mandi. | |
jangan-kamu-pula-mandi | ||
'Jangan kamu pula mandi'. |
Bila kita perhatikan susunan kata jan dan lo dalam butir-butir (98) a sampai dengan e di atas, kata lo mempunyai dua kemungkinan posisi, yaim di belakang kalimat (terpisah dari jan) atau di belakang kata jan. Berikut ini dapat dilihat contohnya dengan klausa yang lebih kompleks:
(99) | a. | Jan ang mambao anak ang ka pasa lo. |
jangan-kamu-membawa-anak-kamu-ke-pasar-pula | ||
'Jangan kamu membawa anakmu ke pasar pula'. | ||
b. | Jan lo ang mambao anak ang ka pasa. | |
jangan-pula-kamu-membawa-anak-kamu-ke-pasar | ||
'Jangan pula kamu membawa anakmu ke pasar'. |
Lebih jauh kemungkinan posisi kata lo dapat diragamkan yaitu: (1) di belakang S, (2) di belakang P + O atau P + Pel, (3) di belakang Ket. Ini dapat dijelaskan dengan menggunakan pola berikut.
1. | Jan | + | S | + | P | + | O, pel | + | Ket | + | Lo |